Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat menyatakan untuk menjawab berbagai masalah kesehatan di Jawa Barat seperti mencegah stunting dan gizi buruk maka Pemprov Jabar mencanangkan Program "Seribu Hari Pertama Kehidupan-Plus".Selama ini program penanganan stunting dan gizi buruk hanya fokus pada usia kehamilan 22 minggu dan anak berusia dua tahun. Sekarang mulai dari nol sampai 22 minggu.
"Jadi ini adalah layanan asupan gizi mikro dan protein untuk ibu hamil usia nol hingga 22 minggu kehamilan. Khusus Jabar kelihatannya yang masih bisa kita kembangkan atau tingkatkan kualitas program penanganan stunting itu dengan fokus kepada Seribu Hari Pertama (Kehidupan) yang Plus," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Berli Hamdani Gelung Sakti, Minggu (21/7).
Berli menjelaskan yang dimaksud dengan "Plusnya" ini adalah dari usia nol hari kehamilan seorang ibu sampai 22 minggu kehamilan seorang ibu,.
Dia mengatakan bahwa selama ini program penanganan stunting dan gizi buruk hanya fokus pada usia kehamilan 22 minggu dan anak berusia dua tahun.
"Jadi, kalau untuk Jawa Barat nanti kita akan launching-kan, pertama itu adalah bagaimana kita fokus di asupan gizi terutama protein dengan gizi mikro untuk ibu hamil usia nol sampai dengan 22 minggu kehamilan," katanya.
Sementara itu, Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya Kamil menyatakan bahwa stunting pada anak dapat mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal. Maka itu, stunting dapat menjadi faktor rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) karena berpengaruh terhadap produktivitas.
Baca juga: Pemprov Kepri nyatakan perang lawan stunting
Menurut Atalia, perilaku dan kesadaran hidup bersih dan sehat masyarakat Indonesia perlu ditingkatkan sejak dini. Karena untuk mencegah stunting, perilaku hidup bersih dan sehat harus sudah terbentuk pada periode emas, yakni Program Seribu Hari Pertama Kehidupan-Plus.
"Pencegahan dan penanggulangan stunting sangat penting. Seribu Hari Pertama Kehidupan-Plus merupakan periode sensitif yang menentukan kualitas hidup di masa yang akan datang. Di mana akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi," katanya.
"Saat ini, kita memprioritaskan Seribu Hari Pertama-Plus sebagai periode utama untuk pencegahan stunting. Namun, karena stunting merupakan hasil dari permasalahan gizi secara kronis, idealnya, pencegahan stunting seharusnya dimulai lebih awal lagi, lebih ke hulu yaitu pada masa remaja," lanjutnya.
Atalia menambahkan, status gizi masyarakat yang baik merupakan fondasi pendidikan, kesehatan, dan pertumbuhan ekonomi.
Oleh Karena itu, pendidikan kesehatan dan perubahan perilaku pada remaja menjadi kunci keberhasilan dalam mempersiapkan generasi bebas stunting.
Baca juga: Papua libatkan 19 kabupaten ikut program penanganan stunting
Baca juga: TPPKK - Pemprov Babel fokus atasi stunting
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019