Sekolah yang sudah berstatus adiwiyata memang diwajibkan memiliki bank sampah
Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta mendorong seluruh sekolah di Kota Yogyakarta mengembangkan bank sampah sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas pengelolaan sampah di kota tersebut.
"Guna menguatkan kembali semangat tersebut, maka kami akan menggelar deklarasi bank sampah di sekolah bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup pada 30 Juli," kata Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Very Tri Jatmiko di Yogyakarta, Senin.
Menurut Very, pengembangan bank sampah di sekolah merupakan sarana yang tepat untuk memberikan edukasi sejak dini tentang pemilahan dan pengelolaan sampah agar tercipta lingkungan yang lestari.
Siswa-siswa di sekolah yang sudah teredukasi dengan pentingnya pemilahan dan pengelolaan bank sampah diharapkan dapat menularkan ilmu yang sudah mereka miliki kepada orang tua atau warga di lingkungan tempat tinggalnya.
"Harapannya, kebiasaan atau budaya pemilahan dan pengelolaan sampah ini sudah tertanam di alam bawah sadar para siswa sehingga mereka akan otomatis menjalankannya dimana saja dan kapan saja," katanya.
Hingga saat ini, sudah ada sebanyak 85 sekolah adiwiyata di Kota Yogyakarta baik adiwiyata tingkat kota, provinsi, nasional maupun berstatus mandiri dari tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK.
"Sekolah yang sudah berstatus adiwiyata memang diwajibkan memiliki bank sampah. Pengelola atau pengurusnya adalah siswa secara langsung. Guru di sekolah hanya menjadi pendamping saja," kata Kepala Seksi Pengembangan Sumber Daya Lingkungan Hidup DLH Kota Yogyakarta Christiana Endang.
Bank sampah di sekolah tersebut, lanjut dia, diminta bermitra dengan bank sampah yang dikelola warga di sekitar wilayah sekolah sehingga jika bank sampah di sekolah sudah penuh, maka bisa dibawa ke bank sampah di wilayah.
"Administrasi penjualan sampahnya pun harus jelas meskipun sampah yang dijual tidak terlalu banyak, biasanya botol air mineral atau kertas. Penjualan ke bank sampah wilayah biasanya dilakukan setiap pekan sekali," katanya.
Selain sekolah adiwiyata, lanjut dia, DLH Kota Yogyakarta juga memberikan pembinaan kepada sekolah praadiwiyata dan sekolah berwawasan lingkungan untuk mulai mengembangkan atau mendirikan bank sampah. "Pembinaan ke sekolah kami lakukan dari jenjang SD hingga SMA/SMK meskipun kewenangan SMA/SMK berada di bawah Pemerintah DIY," katanya.
Christiana menyebut, pengembangan bank sampah di sekolah juga perlu diimbangi dengan kampanye pengurangan sampah plastik, di antaranya penggunaan botol minum isi ulang serta kemasan makanan yang ramah lingkungan.
"Sekolah juga perlu menindaklanjutinya dengan membuat kebijakan ke kantin untuk pengurangan penggunaan kemasan plastik," katanya.
Dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup tahun ini, DLH Kota Yogyakarta menggelar beberapa kegiatan lain seperti lomba pembuatan lampion, puisi, dan melukis.
Salah satu siswa SMP Negeri 10 Yogyakarta Risma yang mengikuti lomba lampion menyebut, bahan gelas plastik sebagai bahan utama pembuatan lampion diperoleh dari bank sampah sekolah. "Ada sekitar 50 gelas yang dibutuhkan. Gelas diberi cat semprot lalu disusun membentuk bulat," kata Riswa mewakili teman-temannya.
Baca juga: Kelola sampah, Jaktim miliki 190 bank sampah
Baca juga: Bank Dunia bantu penanganan sampah Sungai Citarum
Baca juga: KLHK berharap banyak pada sekolah berbudaya lingkungan
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019