"Usul dari Menteri Pendidikan Malaysia Maszlee Malik yang meminta perhatian pada pendidikan anak usia dini. Nanti pusatnya di Indonesia, karena kita punya pusat untuk pendidikan anak usia dini atau SEAMEO Ceccep," ujar Mendikbud usai memimpin pertemuan di Sunway Hotel Resort, Selangor, Malaysia, Senin.
Mendikbud yang saat ini menjabat sebagai Presiden SEAMEO Council itu menambahkan sejumlah negara mau memberikan pengalaman baik mengenai pendidikan anak usia dini, seperti Singapura yang dinilai berhasil dalam pendidikan anak usia dini.
Pendidikan anak usia dini, kata Muhadjir, dinilai penting karena selama ini, negara-negara anggota SEAMEO membangun pendidikannya mulai dari sekolah dasar. Terutama dalam rangka program keaksaraan, bukan dari pendidikan usia dini.
"Dampaknya bisa dilihat saat ini, yang mana banyak terjadi kasus kekerdilan (stunting). Indikasi ini menunjukkan sejumlah negara di ASEAN belum peduli terhadap pendidikan anak usia dini," kata dia lagi.
Program SEAMEO ke depan tidak hanya pada pendidikan anak usia dini tapi juga prenatal seperti gizi bayi sejak dalam kandungan, penyakit pada janin yang tentunya kesehatan ibu dan bayi.
Konferensi SEAMEO Council ke-50 diselenggarakan di Selangor, Malaysia, 22 Juli hingga 25 Juli. SEAMEO didirikan pada 30 November 1965 sebagai hasil pertemuan Menteri Pendidikan Laos, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Indonesia bergabung sebagai anggota SEAMEO pada 1968 bertepatan dengan ditandatanganinya Piagam SEAMEO. Saat ini, SEAMEO telah beranggotakan 10 negara anggota ASEAN dan Timor Leste.
SEAMEO Council merupakan badan pembuat kebijakan SEAMEO yang bersifat mengikat bagi anggotanya termasuk program dan anggaran organisasi harus mendapat persetujuan Council. Keanggotaan SEAMEO Council terdiri dari para Menteri Pendidikan negara anggota SEAMEO yang akan menentukan kebijakan SEAMEO secara umum sekaligus menunjuk Direktur Sekretariat SEAMEO.*
Baca juga: SEAMEO : "stunting" hambat terciptanya generasi emas
Baca juga: SEAMEO : "stunting" masalah lintas generasi
Pewarta: Indriani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019