"Jika perangkat IoT untuk membuat rumah pintar (smart home) seperti home reuter, lemari es yang terhubung Internet, televisi pintar, ataupun pendingin udara terserang malware, perangkat-perangkat itu akan terus terserang karena basis sistem operasionalnya susah untuk diperbarui," kata Wakil Presiden Senior Teknik Sistem Global Fortinet Filippo Cassini dalam temu media di Nusa Dua, Bali, Rabu.
Cassini mengatakan serangan malware terhadap perangkat-perangkat IoT seringkali membidik program-program yang saling terhubung melalui Internet (bot net) untuk kembali menyebarkan malware bahkan ransomware.
"Orang-orang jahat (pelaku serangan siber) selalu berusaha mengembangkan teknik untuk melakukan tindakan (serangan) mereka secara sembunyi-sembunyi dan tidak tampak dengan pengamanan biasa," kata Cassini.
Sementara, Wakil Presiden Analisa dan Strategi Fortinet Jonathan Nguyen-Duy mengatakan sikap paling dibutuhkan para pelaku keamanan jaringan terhadap serangan siber adalah mewaspadai dan mencegah serangan serta bagaimana pemulihan pasca-terkena serangan.
"Sebenarnya, keamanan siber itu tidak dapat dilakukan secara individual, melainkan secara menyeluruh hingga tingkat negara karena pola-pola serangan saat ini sudah dalam skala yang besar dan kecepatan tinggi," ujar Jonathan.
Teknologi kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI), menurut Jonathan, dapat membantu para pelaku keamanan jaringan untuk mencegah dan menganalisa potensi serangan siber, serta melakukan pemulihan.
"Kita harus kembali ke catatan aktivitas program (logfile) untuk menganalisa apa yang terjadi, apa yang akan terjadi, dan bagaimana merekonstruksi sistem jaringan dan perangkat yang telah terkena serangan siber," kata Jonathan.
Baca juga: Serangan siber kini ancam divisi operasional perusahaan
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019