• Beranda
  • Berita
  • Pakar: Perangkat IoT paling rawan terhadap malware

Pakar: Perangkat IoT paling rawan terhadap malware

24 Juli 2019 22:36 WIB
Pakar: Perangkat IoT paling rawan terhadap malware
Wakil Presiden Analisa dan Strategi Fortinet Jonathan Nguyen-Duy (tengah), Wakil Presiden Senior Teknik Sistem Global Fortinet Filippo Cassini (kanan), dan Manajer Fortinet Indonesia Edwin Lim (kiri) selepas temu media di Nusa Dua, Bali, Rabu (24/07/2019). (Antara/Imam Santoso)
Peralatan elektronika yang terhubung dengan jaringan Internet (Internet of Things/IoT) sangat rawan terhadap serangan siber malware (perangkat lunak perusak) karena berpotensi merusak fungsi sehingga tidak dapat dipulihkan.

"Jika perangkat IoT untuk membuat rumah pintar (smart home) seperti home reuter, lemari es yang terhubung Internet, televisi pintar, ataupun pendingin udara terserang malware, perangkat-perangkat itu akan terus terserang karena basis sistem operasionalnya susah untuk diperbarui," kata Wakil Presiden Senior Teknik Sistem Global Fortinet Filippo Cassini dalam temu media di Nusa Dua, Bali, Rabu.

Cassini mengatakan serangan malware terhadap perangkat-perangkat IoT seringkali membidik program-program yang saling terhubung melalui Internet (bot net) untuk kembali menyebarkan malware bahkan ransomware.

"Orang-orang jahat (pelaku serangan siber) selalu berusaha mengembangkan teknik untuk melakukan tindakan (serangan) mereka secara sembunyi-sembunyi dan tidak tampak dengan pengamanan biasa," kata Cassini.

Sementara, Wakil Presiden Analisa dan Strategi Fortinet Jonathan Nguyen-Duy mengatakan sikap paling dibutuhkan para pelaku keamanan jaringan terhadap serangan siber adalah mewaspadai dan mencegah serangan serta bagaimana pemulihan pasca-terkena serangan.

"Sebenarnya, keamanan siber itu tidak dapat dilakukan secara individual, melainkan secara menyeluruh hingga tingkat negara karena pola-pola serangan saat ini sudah dalam skala yang besar dan kecepatan tinggi," ujar Jonathan.

Teknologi kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI), menurut Jonathan, dapat membantu para pelaku keamanan jaringan untuk mencegah dan menganalisa potensi serangan siber, serta melakukan pemulihan.

"Kita harus kembali ke catatan aktivitas program (logfile) untuk menganalisa apa yang terjadi, apa yang akan terjadi, dan bagaimana merekonstruksi sistem jaringan dan perangkat yang telah terkena serangan siber," kata Jonathan.

Baca juga: Serangan siber kini ancam divisi operasional perusahaan
 

Pewarta: Imam Santoso
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019