"Kegiatan FGD ini dilaksanakan guna mengajak semua elemen dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla)," kata Pendiri Lembaga Lingkungan Hidup (LLH) Jejak Bumi Indonesia Ogan Komering Ulu (OKU), Hendra A Setyawan di Baturaja, Kamis.
Menurut dia, kebakaran hutan dan lahan merupakan suatu ancaman terhadap kerusakan lingkungan hidup yang dapat mengakibatkan kerugian ekologi, ekonomi, sosial dan budaya.
Sejak tahun 1997 hingga saat ini, kata dia, karhutla di Indonesia terjadi hampir setiap tahun, seperti pada 2015 lalu seluas 2,61 hekatere kawasan hutan dan lahan terbakar hingga berdampak pada pencemaran lingkungan.
"Di Provinsi Sumatera Selatan ini juga termasuk daerah rawan terjadi karhutla akibat kurangnya kesadaran masyarakat yang masih melakukan pembakaran hutan guna membuka lahan pertanian hingga berdampak peningkatan jumlah titik api," katanya.
Oleh sebab itu, katat dia, LLH Jejak Bumi Indonesia bersama KIM OKU mengajak semua lapisan masyarakat dan pihak terkait untuk mengantisipasi sekaligus melakukan pencegahan karhutla agar tidak terjadi di wilayah setempat memasuki musim kemarau tahun ini.
Melalui kegiatan FGD tersebut pihaknya juga mengajak semua pihak terkait untuk membangun inovasi dan kreatifitas masyarakat dalam penggunaan lahan secara efektif yang bernilai ekonomi tinggi sehingga bisa menekan pengerusakan lingkungan hidup termasuk karhutla.
"Kami juga memberikan solusi bagi petani mengenai cara penggarapan lahan pertanian yang baik dan benar sekaligus melakukan peneggakan hukum atau sangsi tegas bagi pelaku yang malakukan pembakaran hutan dan lahan," ujarnya.
Baca juga: Lokasi terbakar lahan gambut kawasan Tol Palindra terus dibasahi
Baca juga: Kebakaran lahan di Sumsel belum pengaruhi jarak pandang penerbangan
Baca juga: Kebakaran hutan dan lahan terus intai Sumsel
Pewarta: Edo Purmana
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019