Pantauan di lokasi terhitung masih berdiri belasan kafe remang-remang di sebagian Jalan Cakung Drainase. Sebagian bangunan tersebut berdiri di bantaran kali yang tentunya melanggar aturan pendirian bangunan.
Baca juga: Aktivitas remang-remang masih warnai Boker
Baca juga: DPRD DKI ingin masalah gubuk prostitusi ditangani serius
Baca juga: Sst,...praktik prostitusi semarak di Jembatan Lima Jakbar
"Di cafe-cafe situ masih ada (prostitusi). Nanti kalau udah malam di sini banyak perempuan yang mangkal," kata seorang pemilik warung yang biasa dipanggil Bu Yono, saat ditemui di lokasi, Jumat.
Dia mengatakan sudah tidak ingat sejak kapan praktik prostitusi di daerah tersebut berlangsung, karena menurutnya hal itu sudah lama berlangsung.
Meski demikian dia menuturkan cafe-cafe tersebut tidak memiliki ruangan untuk praktik prostitusi, sehingga lokasi itu hanya menjadi tempat untuk mencari wanita malam untuk di bawa ke losmen atau penginapan di tempat berbeda.
Penuturan serupa disampaikan Safitri, seorang warga Jakarta Utara yang mengatakan banyak PSK yang kerap mangkal di kawasan Koljem Cilincing.
"Iya, banyak yang perempuan malam yang sering mangkal di kawasan Koljem," tuturnya.
Selain cafe remang-remang, di sebagian besar Jalan Cakung Drainase di Cilincing.juga dijadikan lapak pengumpul sampah plastik dan pembuatan arang batok kelapa.
Kombinasi hal tersebut membuat Jalan Cakung Drainase yang merupakan jalan alternatif untuk menuju Cilincing menjadi kumuh dan tidak sedap dipandang.
Sejumlah bangunan yang berdiri di sepanjang bantaran kali sudah pasti menyalahi aturan. Sejatinya bantaran kali tidak boleh digunakan untuk bangunan karena sudah tentu akan mengganggu aliran air di kali tersebut.
Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019