Gelaran diskusi lingkungan hidup "Bali Big Eco Forum" yang diselenggarakan Coca-Cola Amatil Indonesia menghasilkan sejumlah rekomendasi terkait solusi pengelolaan sampah di Indonesia.Sejumlah aspek penting NPAP dalam menangani sampah plastik di lautan adalah dengan mengoordinasikan institusi yang bertanggung jawab mengelola sampah.
"Rekomendasi yang pertama, perlu adanya aksi nyata dalam hal pengelolaan sampah di Indonesia. Aksi ini tidak bisa dilakukan sendiri oleh salah satu pemangku kepentingan tapi saja, tapi harus semua," kata Direktur Public Affairs, Communications & Sustainability Amatil Indonesia Lucia Karina di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Sabtu.
Selain itu, diskusi yang diikuti perwakilan dari pemerintah, akademisi, lembaga swadaya masyarakat, industri, serta bank sampah itu juga merekomendasikan adanya harmonisasi kebijakan serta adanya sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
"Selama ini kebijakan kita sudah punya banyak, tapi yang kurang adalah sinergi dan harmonisasi. Selain itu yang ketiga adalah mendorong agar pemerintah daerah dan pemangku kepentingan bisa lebih aktif dalam peran serta dalam bertindak. Tak ada lagi saling menyalahkan, yang ada mencari solusi bersama," kata Lucia.
Rekomendasi hasil forum tersebut nantinya akan diserahkan kepada Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang merupakan inisiator Kemitraan Aksi Plastik Nasional atau "National Plastic Action Partnership" (NPAP).
"Belum tahu waktunya kapan, tapi mudah-mudahan hasil forum dua hari ini bisa memberi rencana aksi nyata yang konkret dan bisa diimplementasikan," kata Lucia.
Sementara itu, Ketua NPAP Mari Elka Pangestu mengatakan gelaran "Bali Big Eco Forum" sejalan dengan misi NPAP dalam mengurangi sampah plastik di lautan Indonesia yang menargetkan pengurangan sampah plastik di laut hingga 70 persen, mengurangi limbah padat hingga 30 persen, dan mengelola 70 persen limbah padat pada Tahun 2025.
"Sejumlah aspek penting NPAP dalam menangani sampah plastik di lautan adalah dengan mengoordinasikan institusi yang bertanggung jawab mengelola sampah, hal ini termasuk memperkuat regulasi dan sumber daya manusia di berbagai sektor dan institusi. Selain itu pengaplikasian teknologi untuk mengontrol sampah plastik dan meningkatkan upaya sosial untuk mengurangi, mendaur ulang dan menggunakan kembali sampah plastik sejak dini," kata Mari Elka.
Misi ambisius Indonesia mengurangi sampah plastik, utamanya di lautan didorong oleh fakta bahwa Indonesia menjadi negara penyumbang sampah plastik ke laut terbesar nomor dua di dunia setelah China.
Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Sebanyak 3,2 juta ton di antaranya merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut.
Sementara itu, berdasarkan sumber yang sama, kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 miliar lembar per tahun atau sebanyak 85.000 ton kantong plastik.
"Bali Big Eco Forum" digelar di Nusa Dua, Bali, selama dua hari pada Jumat hingga Sabtu (26-27/7). Forum diawali dengan pemaparan panelis dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan sejumlah inspirator yang sudah melakukan pengolahan sampah.
Baca juga: KLHK: Peningkatan sampah plastik jadi ancaman sangat serius
Baca juga: KLHK targetkan pengelolaan sampah 100 persen pada 2025
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019