Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan kondisi anak usaha Duniatex Grup yang terancam gagal bayar kupon instrumen pendanaan tidak akan berdampak serius pada industri perbankan secara keseluruhan.
Dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Selasa, Wimboh mengatakan pihaknya sudah meminta kepada industri perbankan yang memiliki eksposur kredit tinggi kepada anak usaha Duniatex agar mengawasi kualitas pinjaman dari salah satu perusahaan tekstil terbesar di Tanah Air itu.
Jika terjadi potensi penurunan kualitas pada kredit Duniatex, perbankan harus siap memitigasi, dan menyiapkan langkah-langkah restrukturisasi.
"Dan ini sudah dibaca publik, dan tentunya pemiliknya kita perbantukan upaya-upaya bantuan restrukturisasi," ujar dia.
Sejauh ini, Wimboh meyakini masalah Duniatex hanya berada di lingkup entitas usaha tersebut. Sumbu utama dari masalah Duniatex, kata dia, adalah ketidaksesuaian pengelolaan likuiditas. Kesalahan proyeksi kondisi likuiditas itu menyebabkan Duniatex mengalami gagal bayar kupon obligasi.
"Masalah ini lebih spesifik ke Duniatex. Permasalahannya adalah 'missmatch' (ketidaksesuaian) likuditasnya. Sehingga dia gagal bayar untuk bayar kupon," ujar dia.
Pernyataan Wimboh tersebut menanggapi kondisi anak usaha Duniatex, Delta Dunia Sandang Tekstil, yang dikabarkan terancam gagal membayar kupon obligasi dolar Amerika Serikat dari surat utang yang diterbitkan pada Maret 2019.
Sebagai gambaran, PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk (BNI) merupakan salah satu kreditur dari Duniatex. Kredit BNI kepada anak usaha Duniatex yang telah disalurkan sebesar Rp459 miliar. Pinjaman itu terdiri dari kredit sindikasi Rp301 miliar dan juga kredit bilateral sebesar Rp158 miliar.
Namun hingga Juni 2019, pembayaran angsuran kredit masih normal atau tergolong kolektibilitas tahap pertama.
Lembaga keuangan lainnya yang menjadi kreditur Duniatex adalah Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia atau Indonesian Eximbank, PT Bank Mandiri Persero TbkPT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk
Wimboh meminta masyarakat agar tak memandang persoalan likuiditas Duniatex sebagai masalah yang dapat berdampak ke industri keuangan. Menurutnya, kondisi likuiditas secara umum di industri keuangan saat ini sudah membaik.
"Masalah ini lebih ke entitas, bukan ke industri," ujar dia.
Adapun setelah kabar gagal bayar dari Delta Dunia Sandang Tekstil S&P Global Ratings mengumumkan untuk memangkas peringkat utang perusahaan sebesar enam level dari BB- menjadi CCC- dengan alasan tantangan likuiditas di perusahaan. Lembaga pemeringkat Fitch Ratings juga menurunkan peringkat kredit Delta Merlin Dunia Textile dmenjadi B-. Fitch menyoroti tekanan pembiayaan kembali dan risiko likuiditas yang dihadapi perusahaan.
Masalah keuangan yang menimpa Duniatex menjadi alarm bagi industri perbankan untuk lebih hati-hati dalam menyalurkan kredit.
Misalnya bank swasta terbesar di Tanah Air, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengatakan saat ini pihaknya semakin "mengencangkan ikat pinggang" dalam menyalurkan pinjaman. Masalah finansial pada dunia usaha tersebut dinilai perlambatan perekonomian global dan berlanjutnya perang dagang antara AS dan China.
"Kita memang hati-hati, beberapa bonds (obligasi) di market (pasar) itu default. Jadi kita mesti hati-hati di market," kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja.
Baca juga: BNI mulai mitigasi risiko kredit dari Duniatex
Baca juga: OJK akan patok tingkat kredit bermasalah fintech pendanaan 1 persen
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019