"Untuk TMC kebakaran hutan dan lahan, yang sudah propose (mengajukan) sebenarnya Sumatera Selatan sudah. Kemudian Menko PMK sudah merekomendasikan selain Riau sebenarnya ada Sumatera Selatan, ada Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, ini mudah-mudahan dalam beberapa waktu ke depan bisa kita laksanakan karena sudah mulai banyak kebakaran juga di sana," kata Kepala BBMTC BPPT Tri Handoko Seto kepada wartawan, Jakarta, Kamis.
Seto menuturkan hujan buatan yang sudah dilakukan ada di Provinsi Riau untuk antisipasi kebakaran hutan dan lahan. "Di Riau sudah berhasil secara signifikan untuk menekan terjadinya peningkatan hot spot atau titik panas, juga mengurangi terjadinya kebakaran hutan dan lahan hasilnya sangat baik," ujarnya.
Dia mengatakan dengan TMC, maka pihaknya menggunakan hujan buatan untuk membasahi daerah yang terindikasi sebagai titik panas sehingga mengantisipasi terjadinya kebakaran.
Dia mengatakan TMC di Riau berhasil menekan peningkatan titik panas dan menekan terjadinya kebakaran hutan secara signifikan.
Untuk biaya penggunaan TMC dapat dilakukan dengan dua mekanisme anggaran, yakni Penerimaan Negara Bukan Pajak dan swakelola.
"Kalau swakelola itu anggarannya tidak kita terima jadi kita hanya melaksanakan. Silakan user (pengguna) yang menyiapkan segala kebutuhannya. Ini yang dilakukan untuk TMC kebakaran hutan dan lahan dan juga untuk rencana TMC kekeringan. Jadi kami bekerja, kebutuhannya disediakan oleh BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana)," ujarnya.*
Baca juga: BPPT dapat tugas fokus TMC untuk antisipasi karhutla
Baca juga: BPPT peringatkan tidak buka lahan dengan membakar
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019