Saya mengimbau kepada Pak Gubernur untuk dibuat hujan buatan
Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi meminta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan segera menjalankan modifikasi cuaca berupa hujan buatan untuk mengatasi polusi udara yang semakin parah.
“Saya mengimbau kepada Pak Gubernur untuk dibuat hujan buatan. Bagaimana caranya kan bisa dari ahlinya,” kata Prasetio di Jakarta, Jumat.
Prasetio menilai udara yang dihirup oleh masyarakat saat ini sudah sangat kotor. Ia menambahkan polusi bisa berdampak buruk kepada masyarakat.
Baca juga: BPPT jelaskan perbedaan hujan buatan untuk karhutla dan polusi udara
“Karena sekarang masuk ke hidung sedikit aja sudah kekotoran, karena kepenatan, memang situasi dan kondisi saat ini diperparah dengan musim kemarau ya, jadi pada intinya memang harus ada hujan buatan,” kata Prasetio.
Prasetio sepakat dengan cara yang ditawarkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) soal hujan buatan. Ia takut semakin banyak orang yang memprotes karena masalah polusi udara.
“Pokoknya ini harus segera, ini sudah makin parah, nanti ada gerakan-gerakan masyarakat nanya kayak gimana. Ya, saya mengimbau kepada Gubernur, ini harus segera ada hujan buatan,” kata Prasetio.
Baca juga: Jakarta kemarin, gugatan polusi ditunda hingga Ingub bagi pejalan kaki
Menurut Prasetio, hujan buatan yang bakal diterapkan itu dapat mengurangi pencemaran udara yang kian memburuk saat ini.
Ia menilai buruknya kualitas udara dalam beberapa bulan belakangan menjadi bukti gagalnya upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menekan polusi di Ibu Kota.
Diketahui, menurut data pada laman resmi AirVisual mencatat kualitas udara di Ibu Kota DKI Jakarta pada Jumat pukul 05.30 WIB masuk dalam kategori tidak sehat, Indonesia berada di urutan kedua dunia dengan angka 162 atau setara dengan parameter PM2.5 konsentrasi 77.2 µg/m³ berdasarkan US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara.
Baca juga: Gubernur: DLH DKI Jakarta harus tinjau emisi industri tiap enam bulan
Pewarta: Galih Pradipta
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019