ini guna memadamkan api yang sudah menghanguskan 300 hektare areal hutan di Gunung Arjuno
Upaya memadamkan api di hutan pada kawasan Gunung Arjuno, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, akan dilakukan dengan cara menyiramkan air dari udara (water bombing) dengan mengerahkan satu unit helikopter.
Kasi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu Achmad Choirur Rochim mengatakan bahwa, rencananya pemadaman dengan menggunakan helikopter tersebut akan dilakukan pada Sabtu (3/8) kurang lebih pukul 08.00 WIB.
"Pukul 08.00 WIB, rencananya helikopter akan take off dari Bandara Abdul Rachman Saleh Malang, menuju titik api dan titik pengambilan air," kata Rochim, di Kota Batu, Jawa Timur, Jumat.
Keputusan tersebut berdasarkan rapat koordinasi yang dilakukan oleh BPBD Provinsi Jawa Timur, BPBD Kota Batu, BPBD Kabupaten Malang, Unit Pelaksana Teknis Taman Hutan Raya Raden Soerjo, Pangkalan TNI Angkatan Udara Abd Rachman Saleh, dan kru pesawat.
Rochim menjelaskan, titik pengambilan air telah disepakati berasal dari Bendungan Selorejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.
Para personel yang akan diterjunkan pada operasi water bombing tersebut, akan melakukan observasi dan kaji cepat dari udara terlebih dahulu.
Jika nantinya hasil observasi dan kaji cepat memungkinkan untuk dilakukan water bombing, maka operasi tersebut akan langsung dilakukan, guna memadamkan api yang sudah menghanguskan 300 hektare areal hutan di Gunung Arjuno.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, helikopter tersebut memiliki nomor RA-2274 dan mendarat di Bandara Abdul Rachman Saleh Malang kurang lebih pada pukul 13.30 WIB dengan kru sebanyak delapan orang.
Kapasitas air yang mampu dibawa oleh helikopter itu, mencapai 4.000 liter air. Diharapkan, dengan didatangkannya helikopter water bombing tersebut, kebakaran di Gunung Arjuno bisa segera dipadamkan.
Kebakaran di Lereng Gunung Arjuno tersebut bermula pada Minggu (28/7). Saat awal kebakaran tersebut berhasil dengan cepat ditangani oleh tim pemadam, dan pada Senin (29/7) telah berhasil dipadamkan.
Namun, akibat hembusan angin yang cukup kencang membuat bara api sisa kebakaran, kembali memunculkan api. Kondisi yang sulit dengan kemiringan hingga lebih dari 60 derajat, menyebabkan kebakaran kali kedua tersebut lebih sulit untuk dipadamkan.
Baca juga: Titik panas sebagian besar berulang di tiap kemarau
Baca juga: Sempat padam, gambut di TNTN kembali terbakar dan meluas
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019