Berbicara di Jayapura, Jumat, Gunawan yang kini kembali diperbantukan di Dinas Kesehatan Provinsi Papua dalam program penanganan HIV/AIDS itu mengatakan momentum konferensi ini harus bernuansa khas Papua yakni melakukan pendekatan kultur.
"Saya lihat, tidak ada ciri khas Papua dalam JIAC, maksud khas Papua adalah pendekatan kultural atau budaya," ujarnya.
Baca juga: Penanganan HIV/AIDS di Papua Butuh Kerjasama Lintas Lembaga
Menurut dr Gunawan yang kesehariannya membantu Dinas Kesehatan dan KPA Provinsi Papua untuk mengobati pasien yang terinfeksi HIV/AIDS itu mengatakan, pendekatan budaya itu harus diutamakan dalam penanganan HIV/AIDS, harus diketahui bahwa budaya itu bermartabat dan mempunyai tanggung jawab, jika mau suku itu berkembang.
Suku-suku itu juga harus mendengar nasehat-nasehat dari tetua-tetua adat, kalau tidak mendengar bagimana. Untuk penanganan HIV tapi juga untuk membangun Papua harus dibangun dari hati, harus ada pembicaraan.
"Kalau tanpa itu yang kita bicarakan itu diluar dan tidak akan berjalan dengan baik, padahal orang Papua itu bebas dan mengerti, sebenarnya perlu waktu bicara pandangan mereka bagimana tentang HIV/AIDS," kata Gunawan yang sudah 40 tahun lebih membantu penanganan kesehatan ODHA di Papua.
Baca juga: Surakarta siapkan sekolah untuk anak dengan HIV/AIDS
Lanjut dia, permasalahan HIV/AIDS harus betul-betul melibatkan masyarakat. Pada 10 tahun yang lalu, pernah dirinya menanyakan kepada tokoh masyarakat di Wamena, tetapi mereka tidak memahami penanganan penyakit mematikan ini.
Selain itu, kata dia, kebijakan Gubernur Papua bahwa selamatkan orang Papua dari yang tersisa, yang di kota memang terasa, tetapi masalahnya yang di kampung bagimana. Untuk itu, perhatian harus lebih ke kampung-kampung.
"Kalau kepala desanya betul-betul merasa bahwa masyarakatnya banyak yang meninggal dia harus cari apa yang menyebabkan," ujarnya.
Ia menambahkan, hal penting lainnya perlu menjaga gizi dari ODHA, tidak hanya mengajak mereka secara monoton mengkonsumsi ARV.
Baca juga: JIP: tokoh masyarakat berperan sosialisasi penanganan HIV/AIDS
Konferensi Internasional Jayapura itu menghadirkan empat pembicara dari luar negeri dan juga pembicara dalam negeri. Pembicara dari luar negeri masing-masing Dr Shailendra Sawleshwarkar dari Unversity of Sydney, Caroline Francis, Role and achievement of FHI360-Linkages in partnership with government.
Selanjutnya, Ms Krittayawan (Tina) Boonto, dari UNAIDS, Robert Gass dari UNICEF Indonesia, dan Danielle Somers B BiomedSciences. Kemudian pembicara dari dalam negeri yakni Wali Kota Jayapura, Dr. Benhur Tomi Mano, Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura, dr. Antari Ni Nyoman, Prof. DR. Zubairi Djoerban.
Ketua Panitia pelaksanaan konferensi dr.Ni Nyoman Sri Antari mengatakan, tujuan dari konferensi ini diadakan adalah mau menuju ke ending HIV/AIDS tahun 2030, kemudian mengejar yang namanya Fast Track/jalur cepat.
Pewarta: Musa Abubar
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019