Sekitar 400 pencari suaka yang tinggal di Hotel Badra, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau menuntut keadilan dan tuntutan disampaikan dalam aksi unjuk rasa di Kantor Organisasi Internasional untuk Migrasi (International Organization for Migration/IOM) Kota Tanjungpinang, Senin.Kami ingin berita ini tersiar ke seluruh dunia, didengar dan ditanggapi PBB
"Kami ingin semua negara mendengar tuntutan kami. Kami ingin keadilan, diperlakukan sebagai manusia," kata Alzobier Pasha, pencari suaka asal Sudan, yang mahir menggunakan Bahasa Indonesia.
Aksi unjuk rasa ini merupakan akumulasi dari kekecewaan para pencari suaka. Mereka tidak kecewa dengan perlakuan Pemerintah Indonesia, melainkan dengan IOM dan UNHCR, yang sampai sekarang belum memberi jawaban yang pasti kapan diberangkatkan ke negara ketiga.
Pencari suaka selama ini merasa diperlakukan dengan baik oleh Pemerintah Indonesia. Masyarakat Bintan pun menerima mereka dengan baik.
Baca juga: Pencari suaka desak UNHCR percepat proses administrasi pindah negara
Namun kebebasan adalah kebutuhan yang tidak dapat ditawar-tawar, karena para pencari suaka pun memiliki masa depan, yang sampai sekarang masih sebatas mimpi.
Mereka ingin mendapat pendidikan yang layak, pekerjaan dan kehidupan yang bebas seperti warga lainnya.
"Kami ingin berita ini tersiar ke seluruh dunia, didengar dan ditanggapi PBB," katanya.
Alzobier mengatakan cukup banyak para pencari suaka yang mengalami gangguan mental dan depresi. Beberapa pencari suaka di Bintan dan Batam sudah mengakhiri hidupnya karena tidak sanggup menghadapi permasalahan keluarga dan dirinya sendiri.
"Kami punya keluarga. Kami rindu keluarga. Kami pikirkan keluarga setiap saat dan pikirkan diri kami sendiri. Kami lelah," katanya.
Jhon (30), pencari suaka asal Pakistan mengatakan rasa syukur selalu dipanjatkan kepada Tuhan atas kebaikan masyarakat Indonesia.
"Namun kami juga punya keluarga, punya kehidupan dan sisa umur untuk hal-hal yang berguna," katanya.
Jon mengatakan sebagian pencari suaka sudah lebih dari tujuh tahun tinggal di Rudenim Tanjungpinang, yang kemudian pindah ke Hotel Badra sejak dua tahun lalu.
"Kami sudah dijanjikan berulang kali untuk diberangkatkan ke negara ketiga, namun sampai sekarang masih belum berangkat," katanya.
Baca juga: Sekitar 400 pencari suaka demonstrasi di Tanjungpinang
Para pencari suaka tidak menuntut harus tinggal di negara ketiga, Australia, Amerika Serikat dan Kanada. Mereka juga bersedia tinggal di negara lainnya, yang dapat memperlakukan mereka seperti warga negara sendiri.
"Kami orang yang beragama, selalu berdoa, bersyukur dan berdoa. Tetapi sampai kapan kami harus seperti ini?" kata Jhon.
Aksi unjuk rasa dilakukan sejak 09.00 WIB. Hingga berita ini disiarkan, ratusan pengungsi masih melakukan aksi.
Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019