Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil saat melepas ekspor kelapa parut, di Bandarlampung, Senin mengatakan,ekspor olahan kelapa parut asal Lampung ke Jerman lumayan besar mencapai 25 ton dengan nilai Rp387,7 juta.
Ia mendorong pemerintah daerah maupun eksportir tak hanya mengekspor kelapa bulat, tetapi juga turunannya sehingga memiliki nilai tambah yang besar dibandingkan hanya menjual bahan baku komoditas.
"Ekspor ini yang kita dorong, jangan kelapa bulatnya, minimal setengah jadi," tambah Jamil.
Kepala Badan Karantina Pertanian dalam kesempatan itu melepas ekspor sejumlah komoditas pertanian Lampung yakni kopi tujuan Algeria sejumlah 57,6 ton senilai Rp1,3 miliar, lada tujuan India sejumlah 25 ton dengan nilai Rp769,8 juta.
Sementara untuk komoditas hortikultura yang diekspor oleh PT. Great Giant Pineapple berupa nenas irisan tujuan China sebanyak 35,6 ton dengan nilai Rp 423,05 juga nenas buah tujuan Saudi Arabia sebesar 54 ton senilai Rp 408,9 juta.
Nilai keseluruhan komoditas yang diekspor tersebut mencapai Rp 3,3 miliar.
Sementara itu menurut Jamil, secara nasional neraca perdagangan ekspor impor komoditas pertanian Indonesia dan Jerman di tahun 2018 tercatat ekspor sebanyak 111,9 ribu ton sementara impor sebanyak 18,8 ribu ton, sehingga posisi surplus sebanyak 93,06 ribu ton.
"Pada tahun 2019 tren peningkatan ekspor komoditas juga mulai terlihat di semester kedua tahun ini," katanya.
Menurut dia, data ekspor impor komoditas pertanian dipantau harian, apabila ada tren yang menurun pihaknya turun ke lapangan, berkoordinasi dengan instansi terkait dan eksportir untuk memacu ekspor.
Baca juga: Santan kelapa asal Lampung diekspor ke tiga negara
Baca juga: Nanas segar asal Lampung bakal masuk pasar China mulai tahun 2020
Baca juga: Nilai ekpsor Lampung periode April 2019 turun 10,71 persen
Pewarta: Agus Wira Sukarta
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019