• Beranda
  • Berita
  • Listrik padam, permintaan baterai penyimpan energi meningkat

Listrik padam, permintaan baterai penyimpan energi meningkat

5 Agustus 2019 17:24 WIB
Listrik padam, permintaan baterai penyimpan energi meningkat
Anak muda milenial yang tergabung di dalam Baran Energy mengembangkan baterai penyimpan energi berkapasitas besar yang mampu digunakan untuk skala rumah tangga maupun industri (Foto ANTARA/ Ganet Dirgantoro)
Peristiwa padamnya listrik di Jakarta membuat permintaan terhadap baterai penyimpan energi kapasitas besar yang dikembangkan Baran Energy meningkat pesat.

Padahal baterai yang mampu mengaliri listrik untuk rumah tangga maupun industri ini baru diperkenalkan di Jakarta, serta kota berikutnya di Bandung, namun pembelinya tidak hanya dari Jakarta saja tetapi juga daerah-daerah lain di Indonesia.

Victor Wirawan, selaku founder dan CEO Baran Energy mengatakan, peristiwa mati lampu yang cukup lama tersebut, semestinya tidak perlu terjadi, jika masyarakat mulai beralih menggunakan energi alterlatif, berupa energi baru dan terbarukan (EBT).

“Solusinya, kita harus mencari energi alternatif. Kebetulan saat ini, kami telah menyediakan baterai listrik yang bisa menampung energi yang dihasilkan dari sinar matahari. Selain bisa digunakan untuk pemakaian sehari – hari, teknologi ini juga bisa dimanfaatkan sebagai back up, jika suatu saat terjadi mati lampu,” tutur Victor, Senin.

Baca juga: Industri petrokimia rugi Rp375 miliar akibat listrik padam

Baca juga: Bareskrim selidiki penyebab pemadaman listrik

Baca juga: Informasi PLN Sengaja Padamkan Listrik Agar Lilin Laku, ini penjelasannya


PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN menjelaskan penyebab pemadaman listrik karena ada gangguan pada sisi transmisi Ungaran dan Pemalang 500 kV. Hal ini mengakibatkan transfer energi dari timur ke barat mengalami kegagalan.

Akibatnya, seluruh pembangkit di sisi tengah dan barat Jawa mengalami gangguan (trip). Aliran listrik kemudian padam di wilayah Jabodetabek, sebagian Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Penggunaan energi alternatif, berupa energi baru dan terbarukan (EBT), juga diharapkan bisa mengurangi polusi udara yang saat ini, kondisinya kian memprihatinkan. Seperti diketahui, kualitas udara Jakarta cukup buruk, namun semakin membaik pada Senin pagi setelah listrik mati berlangsung. Pada Minggu pagi, AirVisual masih mencatat Jakarta menduduki peringkat kedua kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

AirVisual memberi angka 106 untuk kualitas pada jam tersebut. Angka tersebut semakin mendekati kualitas udara moderat atau aman tanpa menggunakan masker.

Berkurangnya aktivitas benda penghasil polusi seperti kendaraan bermotor dan aktivitas pabrik diperkirakan menjadi penyumbang terbesar membaiknya kualitas tersebut.

“Oleh karena itu, sudah saatnya kita mulai beralih menggunakan energi yang ramah lingkungan. Kami anak – anak milenial bersama Baran Energy siap membantu pemerintah,” tutur Victor.

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019