"Dalam waktu dekat, Pak Marco harus meminta maaf tidak hanya ke Bu Risma, tapi kepada arek-arek Suroboyo karena dianggap menyinggung pemimpin kami," ujar Koordinator FPS Seno Bagaskoro, di sela aksinya, di depan Gedung Negara Grahadi, Jalan Gubernur Suryo Surabaya, Selasa.
Beberapa waktu lalu, dalam akun twitter-nya, Marco menulis "Keren! Bagus banget buat Jakarta kalau Bu Risma mau jadi kepala Dinas Persampahan DKI Jakarta. Dinas Lingkungan Hidup bisa dipecah menjadi salah satunya Dinas Persampahan. Semoga beliau mau. Kalau sdh lega dg urusan anaknya".
Baca juga: Salah urus persampahan di Jakarta
Cuitan tersebut, kata Seno, dianggap melecehkan seorang Tri Rismaharini, terlebih menyinggung personal pribadi Risma dengan mengaitkannya terhadap persoalan anaknya yang sempat dipanggil Polda Jatim untuk diperiksa kasus Jalan Gubeng ambles.
Menurut dia, cara tersebut sangat disesalkan dan melukai warga Surabaya, sehingga diharapkan segera ada permintaan maaf sekaligus mencabut kalimat yang disampaikan Marco.
"Bukan karakter dan cara bangsa kita menyinggung melalui sosial media, apalagi menyerang personal. Seharusnya bisa dibicarakan baik-baik dan bertukar gagasan dalam satu forum," ujarnya pula.
Terlebih, lanjut dia, persoalan untuk membenahi sampah di DKI Jakarta bukan permintaan Tri Rismaharini, karena hanya niat membantu memberikan saran pengelolaan sampah di ibu kota.
Baca juga: 259 penghargaan nasional-internasional diterima wali kota Surabaya
Pada kesempatan tersebut, sejumlah peserta aksi meneriakkan yel-yel meminta permohonan maaf sembari membawa poster berisi tulisan mayoritas menyesalkan cuitan Marco.
Sebelum mengakhiri aksi, massa pemuda yang jumlahnya belasan tersebut menggelar doa bersama mendoakan ulama kharismatik Kiai Haji Maimoen "Mbah Moen" Zubair yang wafat di Mekkah, Arab Saudi, pada pukul 04.17 waktu setempat.
"Jasa-jasa Mbah Moen untuk bangsa ini tidak perlu diragukan dan beliau adalah sosok ulama teladan bagi semua. Semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik dan segala amal ibadahnya diterima," kata Djadi Galajapo yang memimpin doa bersama di sela aksi.
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019