"Tentu tidak semua isi ulang rokok elektrik mengandung narkoba. Yang kita antisipasi adalah jangan sampai ada perdagangan isi ulang vape yang mengandung narkoba," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat BNN Papua Barat, Indah Perwitasari di Manokwari, Rabu.
Ia juga mengajak para orang tua waspada atas merebaknya penjualan rokok elektrik jenis ini. Ditengarai, kampus, pasar dan sekolah menjadi sasaran penjualan.
Indah menjelaskan, pengedar narkoba punya banyak cara untuk memuluskan aksinya. Salah satu modus operandi yang bisa dilakukan yakni dengan mencampur bahan narkotika pada cairan isi ulang vape.
Baca juga: Pelaku industri rokok elektrik diminta ikut perangi bahaya narkoba
Baca juga: BNN Jabar: Harus ada pengawasan peredaran cairan rokok elektrik
Baca juga: KPAI: Rokok elektrik potensi masuknya NAPZA bagi anak
BNN, sebut Indah, sudah menemukan satu kasus di Surabaya. Uji terhadap kandungan isi ulang rokok elektrik. Pada uji laboratorium itu, tim menemukan kandungan sabu-sabu pada isi ulang tersebut.
"Lalu di Tangerang, BNN menemukan kandungan katinon. Katinon ini sejenis teh arab yang sudah diformulasi, dapat menimbulkan efek rasa tenang,’’ ujarnya lagi.
Isi ulang vape yang mengandung sabu atau katinon, lanjut Indah dapat menyebabkan ketagihan bagi penggunanya. Oang tua harus mengawasi anak-anaknya.
‘’Proteksi anak-anak. Karena anak-anak ini kan rasa ingin tahunya tinggi. Usia 10 tahun 17 tahun itu masa-masa rawan," sebutnya lagi.
Di Papua Barat, BNN belum menemukan kasus ini. Meskipun demikian, upaya pencegahan harus dilakukan agar pelaku tidak merajalela di daerah tersebut.
‘’Memang belum ditemukan, tetapi kita perlu waspadai. Mencegah lebih baik daripada mengobati,’’ tandasnya.
Pewarta: Toyiban
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019