Harga minyak mentah naik di perdagangan Asia pada Jumat pagi, setelah dua hari mencatat penurunan, didukung data yang menunjukkan kenaikan penjualan ritel Amerika Serikat (AS) membantu mengurangi kekhawatiran tentang resesi pada ekonomi terbesar di dunia itu....prospek domestik AS yang kurang suram dan mengurangi beberapa kekhawatiran resesi
Minyak mentah Brent naik 31 sen atau 0,5 persen menjadi diperdagangkan di 58,54 dolar AS per barel pada pukul 00.47 GMT (07.47 WIB), setelah jatuh 2,1 persen pada Kamis (15/8/2019) dan jatuh tiga persen pada hari sebelumnya.
Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) naik 43 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan di 54,90 dolar AS per barel, setelah turun 1,4 persen pada sesi sebelumnya dan jatuh 3,3 persen pada Rabu (14/8/2019).
Penjualan ritel AS naik 0,7 persen pada Juli karena konsumen membeli berbagai barang bahkan ketika mereka mengurangi pembelian kendaraan bermotor, menurut data yang datang sehari setelah pembalikan kurva imbal hasil surat utang pemerintah AS untuk pertama kalinya sejak Juni 2007 mendorong aksi jual saham dan minyak mentah.
Kurva imbal hasil obligasi pemerintah AS yang terbalik secara historis merupakan prediktor andal dari resesi yang membayangi.
"Data ekonomi AS kuat yang dirilis semalam memberikan beberapa tingkat kenyamanan karena menunjukkan prospek domestik AS yang kurang suram dan mengurangi beberapa kekhawatiran resesi," Stephen Innes, mitra pengelola di VM Markets, mengatakan dalam sebuah catatan.
Sentimen yang membantu juga adalah pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa negosiasi dengan China tentang perdagangan adalah "produktif," menunjukkan kemungkinan pelonggaran friksi perdagangan yang telah mengguncang pasar.
Harga Brent masih naik hampir 10 persen tahun ini berkat pemotongan pasokan yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu seperti Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+. Pada Juli, OPEC+ setuju memperpanjang penurunan produksi minyak hingga Maret 2020 untuk menopang harga.
Seorang pejabat Saudi pada 8 Agustus mengindikasikan langkah lebih lanjut mungkin akan datang, mengatakan "Arab Saudi berkomitmen untuk melakukan apa pun guna menjaga keseimbangan pasar tahun depan".
Namun upaya OPEC+ telah dikalahkan oleh kekhawatiran tentang ekonomi global di tengah-tengah sengketa perdagangan AS dan China serta Brexit, serta meningkatnya stok minyak mentah AS dan produksi yang lebih tinggi dari minyak serpih AS. Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.
Baca juga: IHSG berpeluang terus menguat hari ini, seiring bangkitnya saham di AS
Baca juga: Wall Street ditutup bervariasi, investor cerna data terbaru ekonomi AS
Baca juga: Harga emas perpanjang kenaikan, investor beralih ke aset yang aman
Baca juga: Dolar bangkit menguat, didukung beberapa data terbaru ekonomi AS
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019