Arus komunikasi dan interaksi yang semakin mudah dan terbuka harus dimanfaatkan dan sekaligus diwaspadai
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan akan kesiapan masyarakat untuk menghadapi era disrupsi yang mengubah perilaku masyarakat dari semula berkegiatan fisik menjadi dalam jaringan.
"Dunia tidak semata sedang berubah, tetapi sedang terdisrupsi. Dan di era disrupsi ini kemapanan bisa runtuh, ketidakmungkinan bisa terjadi. Jenis pekerjaan bisa berubah setiap saat, banyak jenis pekerjaan lama yang hilang," kata Presiden Jokowi dalam Pidato Kenegaraan Sidang bersama DPR dan DPD di Gedung Nusantara Senayan Jakarta, Jumat.
Di era globalisasi yang ditandai dengan masuknya revolusi industri 4.0, Presiden mengingatkan seluruh lapisan masyarakat untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan global.
Baca juga: Jokowi: Perbedaan adalah sebuah keniscayaan dalam demokrasi
Ditambah lagi dengan memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang dapat berpengaruh pada stabilitas ekonomi dan keamanan dunia, termasuk Indonesia.
"Persaingan semakin tajam dan perang dagang semakin memanas. Antarnegara berebut investasi, antarnegara berebut teknologi, berebut pasar, berebut orang-orang pintar. Antarnegara memperebutkan talenta-talenta hebat yang bisa membawa kemajuan bagi negaranya," tambah Jokowi.
Presiden mengatakan masyarakat Indonesia harus bisa menyesuaikan diri dengan penguasaan pengetahuan dan teknologi untuk dapat mengikuti perubahan, khususnya dalam hal pemenuhan lapangan pekerjaan.
Pola bisnis saat ini juga ikut berubah, sehingga menyebabkan jenis pekerjaan lama mulai menghilang dan digantikan dengan jenis pekerjaan baru sesuai dengan era disrupsi.
"Ada keterampilan mapan yang tiba-tiba tidak relevan dan ada keterampilan baru yang meledak yang dibutuhkan. Arus komunikasi dan interaksi yang semakin mudah dan terbuka harus dimanfaatkan dan sekaligus diwaspadai," ujarnya.
Baca juga: Presiden: Indonesia solid jadikan pemenang dalam kompetisi global
Baca juga: Presiden ingin perda jangan hambat pelaku usaha
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019