"Jadi, terus terang kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa pada saat yang sama kita prihatin sudah 74 tahun merdeka tetapi tingkat kesejahteraan masih seperti sekarang. "Corruption Perception Index" kita masih 38, harusnya itu sudah di atas 50 semuanya," ucap Syarif usai mengikuti upacara HUT ke-74 RI di gedung KPK, Jakarta, Sabtu.
Baca juga: Ketua KPK: Momen HUT RI jadi introspeksi sejahterakan rakyat
Baca juga: Presiden: Pemerintah terus dukung KPK berantas korupsi
Untuk diketahui bahwa IPK Indonesia 2018 yang dirilis Transparency International Indonesia (TII) pada Januari 2019 lalu menunjukkan kenaikan tipis, yaitu naik 1 poin dari 37 pada 2017 menjadi 38 pada 2018.
Lebih lanjut, Syarif mengatakan bahwa cita-cita kemerdekaan untuk menyejahterakan Indonesia yang adil dan makmur itu memang belum tercapai.
"Oleh karena itu, kami di KPK selalu berharap bahwa semua upaya pemerintah dalam meningkatkan anggaran pendapatan belanja negara itu dimanfaatkan untuk semaksimalnya untuk kepentingan rakyat, bukan untuk dinikmati oleh sebagian individu yang hanya untuk memperkaya diri sendiri," ucap Syarif.
Ia pun meyakini jika Indonesia dapat menata pendapatan negara dan pembelanjaan dari pendapatan negara dikelola dengan baik maka Indonesia dapat melewati kategori "middle income country".
Baca juga: KPK: indeks persepsi korupsi Indonesia masih rendah
"Saya yakin kalau kita bisa menata pendapatan negara dan pembelanjaan dari pendapatan negara kita itu dikelola dengan baik, dengan transparan, akuntabel, dan masing-masing orang itu tidak mementingkan dirinya masing-masing kita bisa melewati jebakan daripada "middle income country", kita bisa naik lebih dari itu," tuturnya.
Ia pun juga meyakini bahwa Indonesia mampu di atas Malaysia karena mempunyai keunggulan dalam hal sumber daya alam dan sumber daya manusia.
"Saya yakin sekurang-kurangnya kita bisa di atas Malaysia karena "natural resources" kita, 'human resources' kita jauh lebih dibanding mereka," ujar Syarif.
Baca juga: Indeks Persepsi Korupsi Indonesia naik tipis
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Eddy K Sinoel
Copyright © ANTARA 2019