"Sekarang ini, banyak produk asal negara lain mendominasi di negara Indonesia. Oleh karena itu. kita juga harus bisa membalas agar produk batik bisa menguasai pasar mancanegara," katanya usai acara pelatihan dan sarasehan "Batik Tiada Batas" di Pekalongan, Minggu.
Kendati demikian, kata dia, untuk menguasai pasar dunia ini, maka perlu adanya proses dan kesiapan kompetensi sumber daya manusia (SDM).
"Oleh karena, kami terbantu dengan adanya kegiatan yang dilakukan oleh Fortuna untuk memberikan semacam pelatihan pada pelaku milineal batik dalam memasarkan batik lintas batas, terutama dengan basis 'online' (during)," katanya.
Ia mengaku optimistis beberapa produk khas asal daerah ini bisa membanjiri pasar nasional maupun mancanegara dengan catatan produknya ditingkatkan, kualitas, kuantitas, maupun mutunya tetap dijaga.
"Oleh karena, apabila kita sudah mampu membangun kualitas sumber daya manusianya, maka produk dalam negeri bisa membanjiri pasar mancanegara," katanya.
Ia mengatakan sebanyak 53 industri UMKM dan sekitar 26 ribu pelaku bergerak pada sektor kerajinan batik dan konveksi yang harus ditata.
"Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu daerah penyuplai kerajinan batik maupun konveksi terbesar di Indonesia. Oleh karena, kita perlu meningkatkan pemasaran hasil produknya agar harganya lebih kompetitif," katanya.
Baca juga: Kemenperin bidik ekspor batik meningkat delapan persen
Baca juga: Pengusaha batik tulis incar pasar luar negeri
Pewarta: Kutnadi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019