Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berharap pameran tekstil ikat dunia 2019 bertajuk World Ikat, Weaving Threads of Continuity: Challenges and Responses, yang dibuka di Museum Tekstil, Jakarta Barat, Jumat, dapat menegaskan barang kerajinan tersebut sebagai identitas bangsa.... berharap, pertemuan ini bermanfaat dan pameran ini akan merangsang seniman baru untuk datang dengan kreativitas baru, ide-ide dan menciptakan ruang lingkup karya mereka...
"Melalui pameran World Ikat, kami berharap Jakarta dapat menjadi pijakan yang menakjubkan bagi para perancang ikat, dan juga memungkinkan masyarakat berinteraksi, terlibat dan menjelajahi cerita di balik penciptaan kreasi ikat yang indah. Saya berharap, pertemuan ini bermanfaat dan pameran ini akan merangsang seniman baru untuk datang dengan kreativitas baru, ide-ide dan menciptakan ruang lingkup karya mereka," ujar dia dalam sambutannya.
Pameran yang diinisiasi Unit Pengelola Museum Seni Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta ini disinergikan dengan kegiatan World Ikat Textile Symposium (WITS) yang sebelumnya diadakan di Inggris, India, Malaysia dan Thailand.
Lebih lanjut, dia berharap pameran ini dapat memberi informasi dan edukasi mengenai berbagai tradisi ikat di Indonesia maupun di dunia dan akan memperkuat jejaring di antara para pengrajin Ikat, meningkatkan pengetahuan publik tentang nilai asuhan dari setiap kreasi Ikat dan mencerahkan kesadaran publik untuk mengembangkan warisan Ikat sebagai sumber ekspresi budaya dan inspirasi untuk kreativitas.
Juga baca: Festival Sarung NTT akan diramaikan 10.000 peserta
Juga baca: Pameran Tenun Sikka digelar pada 15-17 Februari
Juga baca: Kisah tenun Watubo di Paviliun Indonesia
"Acara ini bisa menjadi media bagi kita untuk berbagi, untuk menginformasikan, untuk bertukar tentang berbagai tradisi Ikat. Dan semoga, itu juga akan mempromosikan pengembangan Ikat. Di Jakarta, Ibu kota Indonesia, kami sangat menghargai kenyataan bahwa kota ini telah menjadi tempat bertukar gagasan, pertukaran budaya dan kami berharap ini adalah kehidupan dalam proses pengembangan budaya kami, terutama di bidang tekstil dan Ikat," ucap dia.
Di samping itu, dia juga menyampaikan apresiasinya kepada para kurator, komite dan semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pameran ini yang dinilainya dapat menjadi ajang mempromosikan tenun ikat di Indonesia, Asia dan juga untuk dunia.
"Pentingnya memahami, bahwa bukan hanya melestarikan tradisi, tetapi mengembangkan tradisi. Kami berharap dapat melihat lebih banyak terobosan/hasil karya yang muncul di masa depan dari pertukaran ide ini," ucapnya.
Pameran pada 23 Agustus-5 September 2019 ini, menghadirkan sebanyak 100 koleksi tenun ikat dari Indonesia dan beberapa negara di dunia, di antaranya Thailand, Malaysia India dan masih banyak lagi yang lainnya.
Kegiatan ini juga disemarakkan dengan berbagai lokakary kriya wastra, di antaranya ikat celup, eco-printing, dan makrame, bazar produk tenun ikat, serta pentas tari tradisonal dan musik gambang kromong.
Pameran ini diselenggarakan untuk memberi informasi dan edukasi mengenai berbagai tradisi ikat di Indonesia maupun dunia sehingga mendorong pertukaran lintas budaya untuk memecahkan masalah yang terjadi pada komunitas pelestari dan penghasil tenun ikat. Selain itu juga untuk meningkatkan hubungan antara organisasi, pengrajin, dan pecinta tekstil.
Turut hadir dalam acara peresmian, Vice President World Craft Council-Asia Pasific Region, Manjari Nirula; Gubernur Provinsi Khon Kaen-Thailand, Somsak Changtragul, beserta jajarannya; Duta Besar Meksiko untuk Indonesia, Armando G Alvarez; Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Edy Junaedi; para Pejabat Pemprov DKI Jakarta; Ketua Dekranas (Mufida Jusuf Kalla) dan Dekranasda Provinsi DKI Jakarta; para anggota World Crafts Council-Asia Pacific Region; para kurator, pengrajin, kolektor, pembicara, dan peserta pameran World Ikat Textiles Symposium 2019.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019