• Beranda
  • Berita
  • BMKG sebut sesar gempa di Kaltim masih sangat aktif

BMKG sebut sesar gempa di Kaltim masih sangat aktif

23 Agustus 2019 17:20 WIB
BMKG sebut sesar gempa di Kaltim masih sangat aktif
Gambar peta Pulau Kalimantan, diapit Pulau Sumatera di sebelah barat dan Pulau Sulawesi di sebelah timur, sebagai wilayah calon ibu kota baru pemerintahan. (ANTARA/Bayu Prasetyo)

Pantai Timur Kaltim yang berhadapan dengan North Sulawesi Megathrust  juga patut diwaspadai

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memonitor bahwa secara geologi dan tektonik sesar gempa di Kalimantan Timur masih sangat aktif.

"Sesar Maratua dan Sesar Mangkalihat di wilayah Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur menunjukkan masih sangat aktif," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Jumat.

Secara geologi dan tektonik, di wilayah Provinsi Kalimatan Timur (Kaltim) terdapat tiga struktur sesar sumber gempa yaitu Sesar Maratua, Sesar Mangkalihat, dan Sesar Paternoster.

Dalam peta seismisitas pada dua zona sesar ini aktivitas kegempaannya cukup tinggi dan membentuk klaster sebaran pusat gempa yang berarah barat-timur.

Tercatat sejumlah gempa signifikan dan merusak yang pernah terjadi di wilayah Provinsi Kaltim berkaitan dengan Sesar Maratua dan Sesar Sangkulirang antara lain gempa dan tsunami Sangkulirang pada 14 Mei 1921.

Baca juga: Kalimantan juga pernah alami delapan kali gempa sejak tahun 1921


Dampak gempa Sangkulirang dilaporkan menimbulkan kerusakan memiliki skala intensitas VII-VIII MMI, yang artinya banyak bangunan mengalami kerusakan sedang hingga berat. Gempa kuat juga diikuti tsunami yang mengakibatkan kerusakan di sepanjang pantai dan muara sungai di Sangkulirang, Kaltim.

Selanjutnya gempa Tanjung Mangkalihat berkekuatan magnitudo 5,7 pada 16 November 1964. Gempa Kutai Timur bermagnitudo 5,1 pada 4 Juni 1982.

Gempa Muarabulan, Kutai Timur, berkekuatan 5,1 pada 31 Juli 1983, gempa Mangkalihat berkekuatan magnitudo 5,4 pada 16 Juni 2000 lalu gempa Tanjungredep berkekuatan 5,4 pada 31 Januari 2006 dan gempa Muaralasan, Berau, berkekuatan 5,3 pada 24 Februari 2007

Berdasarkan hasil kajian Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen) pada 2017, Sesar Mangkalihat memiliki potensi magnitudo mencapai magnitudo 7,0. Sebagai gambaran skenario tingkat guncangan (shake map) akibat gempa yang bersumber dari Sesar Mangkalihat dapat berdampak hingga skala intensitas VI-VII MMI.

Artinya gempa yang terjadi dapat menimbulkan kerusakan tingkat sedang hingga berat di Semenajung Mangkalihat dan sekitarnya.

Sementara itu, Sesar Paternoster yang jalurnya berarah barat-timur melintasi wilayah Kabupaten Paser, meskipun termasuk kategori sesar berusia tersier tetapi hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa di jalur sesar ini masih sering terjadi gempa.

Baca juga: Gempa Kalsel diduga akibat pergeseran palung laut

Daryono mengatakan, catatan gempa di Kabupaten Paser cukup banyak. Salah satu gempa yang paling kuat adalah Gempa Paser berkekuatan magnitudo 6,1 pada 26 Oktober 1957, sementara peristiwa gempa tektonik yang terbaru adalah Gempa Longkali, Paser, pada 19 Mei 2019 berkekuatan 4,1 yang guncangannya sempat menimbulkan kepanikan masyarakat.

Melihat catatan sejarah tsunami masa lalu, pantai timur Provinsi Kaltim sebenarnya bukan kawasan aman tsunami. Peristiwa tsunami destruktif di Sangkulirang pada 14 Mei 1921 kiranya cukup sebagai bukti kerawanan tsunami di wilayah ini, ujarnya.

Keberadaan Pantai Timur Kaltim yang berhadapan dengan North Sulawesi Megathrust  juga patut diwaspadai, kata Daryono.

Hasil pemodelan skenario tsunami akibat gempabumi berkekuatan magnitudo 8,5 yang berpusat di zona megathrust Sulawesi Utara menggunakan TOAST (Tsunami Observation and Simulation Terminal) di BMKG menunjukkan bahwa di Pantai Kalimantan Timur berpotensi terjadi tsunami dengan status ancaman “awas” dengan tinggi tsunami di atas tiga meter.


 Baca juga: Gempa guncang Kandawangan Kalbar, disebabkan aktivitas sesar aktif 
Baca juga: Aktivitas sesar aktif picu gempa bermagnitudo 4,7 di Kalimantan Utara


 

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019