• Beranda
  • Berita
  • Punya sesar aktif, Kaltim perlu terapkan "building code" mitigasi

Punya sesar aktif, Kaltim perlu terapkan "building code" mitigasi

23 Agustus 2019 18:14 WIB
Punya sesar aktif, Kaltim perlu terapkan "building code" mitigasi
Ilustrasi rumah tahan gempa dari komposit sandwich yang dikembangkan BPPT (BPPT) (ANTARA/ist)

bangunan tahan gempa bumi wajib diberlakukan

Provinsi Kalimantan Timur mempunyai sesar gempa yang sangat aktif karena itu perlu menerapkan building code sebagai langkah mitigasi untuk mengantisipasi potensi bahaya gempa bumi,  kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono.

"Potensi bahaya gempa bumi harus diantisipasi dengan menerapkan building code dengan ketat dalam membangun struktur bangunan," kata  Daryono di Jakarta, Jumat.

Building code merupakan sebuah perangkat aturan mengenai desain, konstruksi dan cara pemeliharaan bangunan yang sesuai dengan karakteristik kawasannya. Selain soal teknis, building code juga mengatur soal standar kesehatan, kenyamanan, dan keamanan untuk penghuninya.

Secara geologi dan tektonik, di wilayah Provinsi Kalimatan Timur (Kaltim) terdapat tiga struktur sesar sumber gempa yaitu Sesar Maratua, Sesar Mangkalihat, dan Sesar Paternoster.

Hasil monitoring kegempaan BMKG menunjukkan bahwa Sesar Maratua dan Sesar Mangkalihat di wilayah Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur masih sangat aktif.

Seluruh gempa yang bersumber di wilayah Kalimantan Timur dipicu oleh aktivitas sesar aktif, sehingga meskipun magnitudonya tidak sebesar yang bersumber di zona megathrust maka tetap dapat berdampak merusak bangunan jika tidak diantisipasi dengan sebaik-baiknya, kata Daryono.

"Semua informasi mengenai potensi gempa dan tsunami harus direspon dengan upaya mitigasi. Risiko bencana di daerah rawan dapat kita tekan sekecil mungkin dengan upaya mitigasi yang benar, tepat, dan sungguh-sungguh," katanya.

Baca juga: BMKG sebut sesar gempa di Kaltim masih sangat aktif
 

Lebih lanjut dia mengatakan, bangunan tahan gempa bumi wajib diberlakukan. Alternatif lain bagi mereka yang belum memungkinkan membangun bangunan tahan gempa maka dapat membangunnya dari bahan ringan seperti kayu atau bambu yang didesain menarik.

Sementara mitigasi tsunami juga dapat dilakukan dengan melakukan penataan ruang pantai yang aman tsunami, termasuk dalam hal ini perlunya membuat hutan pantai (coastal forest).

Selanjutnya memastikan masyarakat pantai memahami konsep evakuasi mandiri, dengan menjadikan gempa kuat di pantai sebagai peringatan dini tsunami. Selain itu masyarakat harus memahami bagaimana cara selamat saat terjadi gempa bumi dan tsunami.

"Jika wilayah tempat kita tinggal termasuk daerah rawan, maka yang penting dan harus dibangun adalah mitigasinya, kesiapsiagaannya, kapasitas stakeholder, dan masyarakatnya, serta infrastrukturnya untuk menghadapi gempa dan tsunami yang mungkin terjadi," tambah dia.

Dengan mewujudkan semua langkah mitigasi tersebut maka risiko bencana yang mungkin terjadi dapat ditekan hingga sekecil mungkin,sehingga meski  tinggal di daerah rawan gempa dan tsunamimasyarakat tetap dapat hidup aman dan nyaman.


Baca juga: Swarm, gempa kecil dangkal fenomena alam biasa

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019