Gubernur: APGN jadi catatan sejarah NTB

3 September 2019 16:48 WIB
Gubernur: APGN jadi catatan sejarah NTB
Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Dr. H. Zulkieflimansyah saat membuka acara Simposium Asia Pacific Geopark Networks (APGN) 2019 di Mataram, Selasa (3/9/2019). ANTARA/Nur Imansyah
Gubernur Nusa Tenggara Barat, H. Zulkieflimansyah mengatakan pelaksanaan "Asia Pacific Geopark Networks (APGN)" tahun 2019 sangat berarti bagi masyarakat NTB, karena agenda ini akan menjadi catatan sejarah dan pendorong bagi daerah untuk terus mengembangkan potensi yang dimiliki pascagempa bumi tahun 2018.

Gubernur NTB mengatakan, masyarakat NTB telah dilanda bencana gempa bumi tahun 2018 dan beberapa kali gempa besar dan ribuan kali gempa kecil. Namun dirinya memuji semangat masyarakat NTB yang terus berupaya bangkit pascagempa.

"Orang yang kuat adalah orang yang terjatuh tujuh kali, namun mampu bangkit delapan kali," ujar Zulkieflimansyah dihadapan Presiden Global Geopark Network, Guy Martini, Executive Chairman of Indonesian National Commission for UNESCO, Prof. H. Arief Rachman, saat membuka acara Simposium APGN 2019 di Mataram, Selasa.
Baca juga: Karnaval budaya NTB pukau delegasi APGN

Ia menegaskan menjadi tuan rumah APGN merupakan momentum untuk menunjukkan pada dunia bahwa masyarakat NTB itu kuat.

"Tahun lalu, kami dilanda gempa bukan hanya tujuh kali, namun lebih dari dua ribu kali. Namun masyarakat NTB mampu menunjukkan kepada dunia bahwa mereka bangkit lebih dari tiga ribu kali," ucap Gubernur NTB yang diikuti oleh tepuk tangan peserta delegasi APGN.

Gubernur mengakui, pihaknya sadar dan setuju untuk mengelola warisan geologi dengan pendekatan kebijakan yang ril yaitu dengan melakukan perlindungan kawasan, memajukan pendidikan serta pembangunan berkelanjutan.
Baca juga: 327 kegiatan ramaikan pelaksanaan Asia Pasific Geopark di NTB

"Saya berharap kegiatan APGN menjadi forum untuk berbagi pengalaman serta untuk belajar bagaimana mengelola potensi alam demi kelangsungan hidup masyarakat di masa mendatang," katanya.

Sementara itu, Ketua Eksekutif Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Prof. H. Arief Rachman, menegaskan simposium APGN dimaksudkan untuk melahirkan platform dari berbagai pihak dalam hal pengelolaan geopark dan geosite. Sehingga ke depan akan terbangun geoheritage bagi masyarakat dan pemerintah.

Ia juga mengungkapkan bahwa pertemuan tahunan Simposium APGN telah dilaksanakan sejak tahun 2007. Pertama, Gopark Langkawi di Malaysia, kedua Dongpan Geopark di Vietnam, yang ketiga adalah di Pulau Jeju, Korea Selatan.

"Keempat di Jepang, kelima di China dan keenam di Lombok NTB, Indonesia," katanya.
Baca juga: Gubernur : APGN 2019 sarana promosikan NTB di kancah Internasional
 

Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019