Peningkatan tersebut bisa terkait dengan pengeboman-pengeboman Paskah terhadap hotel-hotel dan gereja-gereja di Sri Lagnka, kata Craig Furini, panglima Operation Sovereign Borders. Pengeboman itu menewaskan ratusan orang dan menimbulkan ketakutan di pulau itu.
"Sudah ada peningkatan sedikit baru-baru ini," kata Furini kepada wartawan di Kota Pesisir Negombo, yang diyakini menjadi tempat transit bagi banyak migran menumpang kapal-kapal untuk mengungsi.
"Jelas pengeboman Paskah di sini telah menimbulkan dampak tapi juga sejumlah besar alasan belum diketahui mengapa orang akan berusaha untuk datang ke Australia secara ilegal lewat laut," tambahnya.
Kapal yang membawa 13 orang dicegat di lepas pantai Kepulauan Cocos, sebuah wilayah terpencil di Australia di Samudera India. Tercatat sudah 13 kapal dari Sri Lanka yang berusaha memasuki ke Australia dengan membawa para pencari suaka dalam 18 bulan belakangan.
Baca juga: PM Modi kunjungi gereja Sri Lanka, janjikan dukungan
Berdasarkan kebijakan imigrasi yang diberlakukan Australia, para calon pencari suaka yang dicegat di laut selagi berusaha mencapai Australia akan dikembalikan ke negara asal kapal itu.
Para pencari suaka yang mencapai Australia dikirim ke fasilitas-fasilitas penahan yang dikelola Australia di Papua Nugini dan Pulau Nauru, Pasifik Selatan. Mereka ditahan dengan kondisi yang dikecam banyak organisasi seperti PBB.
"kebijakan-kebijakan proteksi perbatasan Australia tetyap kuat dan tak berubah dan kami inginkan orang-orang Sri Lanka mengetahui kebenaran mengenai ini dan mendorong komunitas untuk menyampaikan pesan ini," kata Fuini.
Sumber: Reuters
Baca juga: Manusia Perahu Itu Sebagain Besar Orang Sri Lanka
Baca juga: Australia anggarkan 545 juta dolar untuk pembinaan imigran
Baca juga: Australia kembalikan imigran gelap melalui perairan laut Sukabumi
Pewarta: Mohamad Anthoni
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019