Lam, di dalam pesan televisi yang sudah direkam, pada Rabu (4/9) secara resmi mencabut RUU itu, dan mengabulkan satu dari lima tuntutan pemrotes pro-demokrasi, walaupun banyak demonstran dan anggota Parlemen mengatakan tindakan tersebut terlalu sedikit, sangat terlambat.
Surat kabar resmi China Daily pada Kamis menyatakan pencabutan RUU tersebut adalah tawaran perdamaian yang membuat demonstran tak memiliki alasan untuk melanjutkan kerusuhan.
Pengumuman itu dikeluarkan setelah laporan pada Jumat dan Senin Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis-- mengungkapkan bahwa Beijing menolak usul Lam sebelumnya untuk mencabut RUU tersebut dan ia secara pribadi telah mengatakan bahwa ia akan mundur jika ia bisa, demikian rekaman audio yang diperoleh oleh Reuters.
Pemimpin yang didukung Beijing tersebut dijadwalkan berbicara dengan media pada pukul 03.15 GMT (10.15 WIB), sebelum ia berangkat dalam perjalanan ke Provinsi Guangxi di China pada Kamis siang.
Bentrokan meletus di beberapa kabupaten pada Rabu malam, setelah pengumuman Lam, yang terjadi setelah akhir pekan sebagian protes paling rusuh yang pernah disaksikan di kota itu dalam tiga bulan belakangan.
Sumber: Reuters
Baca juga: Carrie Lam berharap pencabutan RUU ekstradisi bantu selesaikan krisis
Baca juga: Pemimpin Hong Kong batalkan RUU Ekstradisi
Baca juga: Aksi mogok massal ancam lumpuhkan pusat bisnis Hong Kong
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019