"Kalau tarif angkutan online lebih murah dari kendaraan pribadi wajar, tapi apakah bisa angkutan umum lebih murah dari kendaraan pribadi dan angkutan online, baru orang mau pindah," kata Yayat saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Yayat mengatakan saat ini keberadaan angkutan daring atau online semakin mendominasi sehingga menjadi kebutuhan dasar bagi mobilitas warga Jakarta.
Jumlah kendaraan daring semakin banyak hingga tidak terkendali. Tidak menutup kemungkinan dapat mematikan angkutan konvensional seperti angkutan kota atau angkot.
Baca juga: Polisi pastikan taksi daring tidak dibebaskan dari ganjil genap
Baca juga: Layanan transportasi umum Jakarta belum terkoneksi penuh
Yayat mengatakan yang menjadi pekerjaan rumah terbesar agar keberadaan angkutan umum tetap jadi kebutuhan masyarakat adalah memperbaiki sinergi dan tarif yang terjangkau.
"Di Jakarta ini masalah tarif masih jadi personal, jangan sampai biaya perjalanan itu lebih dari 10 persen, itu cukup berat," katanya.
Penerapan ganjil genap untuk mendorong masyarakat beralih menggunakan angkutan umum, menurut Yayat, tidak cukup karena perlu penataan integrasi antarmoda transportasi dengan tarif yang terjangkau.
Kehadiran angkutan daring otomatis membuat kondisi tata ruang dan transportasi di Jakarta tumpang-tindih sehingga mendorong orang untuk menggunakan kendaraan pribadi.
Baca juga: Perluasan ganjil-genap, Organda sarankan angkutan umum direvitalisasi
Baca juga: Pengusaha kurir sepeda Jakarta dukung ganjil genap
Yayat mengatakan membangun LRT maupun MRT dan koridor tidaklah cukup selama kondisi tata ruang dan transportasi tidak mendukung karena biaya tanah akan selalu mahal di Jakarta.
Artinya, lanjut dia, struktur tata ruang Jakarta harus dibuat sedemikian rupa yang
mendukung orang untuk bisa naik angkutan umum secara maksimal.
"Kita bisa lakukan jika angkutan umum terintegrasi serta bersinergi dan tarifnya itu harus lebih mudah dari angkutan online," katanya.
Ke depan tarif angkutan daring akan semakin tinggi. Dengan begitu buatlah tarif angkutan umum lebih rendah sehingga masyarakat bisa merasakan berkendaraan hanya dengan Rp10 ribu sudah bisa pulang pergi setiap hari.
"Karena Lak Gubernur pernah janji dengan Rp5.000 bisa kemana-mana, pagi dan sore bisa pulang naik LRT ke MRT atau BRT bisa," katanya.
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019