Petugas Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) menggunakan suntikan gambut untuk meredam kebakaran lahan di kawasan Jalan Tegal Arum Banjarbaru yang terus terjadi, bahkan semakin meluas.Api sudah merambat ke dalam tanah jika terbakar beberapa hari,
Berdasarkan pantauan pada Minggu (15/9) siang, lahan yang terbakar di belakang gedung Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 15 Banjarbaru jadi fokus penanggulangan. Jarak lahan yang terbakar berkisar hanya 20 meter dari bangunan sekolah.
"Kami melakukan pembasahan menggunakan teknik alat suntik gambut agar api benar-benar padam," ucap Ivan, petugas Dinas Kehutanan Kalsel yang berada di lokasi di Banjarbaru, Minggu.
Ivan menjelaskan, kebakaran di lahan gambut memang sulit dipadamkan jika hanya mengandalkan penyiraman dari permukaan. Mengingat kedalaman titik panas bisa sampai satu hingga tiga meter.
Baca juga: Yayasan Madani Berkelanjutan dorong pemulihan gambut cegah karhutla
"Api sudah merambat ke dalam tanah jika terbakar beberapa hari. Jadi, pemadamannya harus dari bawah tanah juga melalui teknik suntik ini," ungkapnya.
Alat pemadam suntikan gambut bekerja dengan cara dihubungkan selang pemadam dan pompa pemadam kebakaran, sehingga menghasilkan pancaran air. Untuk memadamkan api dalam lahan gambut, alat ini ditancapkan ke dalam tanah oleh petugas dari satu titik ke titik lainnya untuk menyebarkan air.
Sulitnya sumber air di lokasi juga jadi kendala tersendiri bagi petugas. Untuk itu, dua kolam darurat dibuat di area dekat SMPN 15 Banjarbaru untuk menampung pasokan air dalam upaya pemadaman.
Dinas Kehutanan Kalsel sendiri menerjunkan Tim Brigade Dakarhutla Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kayu Tangi dalam penanggulangan kebakaran lahan yang lokasinya dekat dengan kawasan Bandara Syamsudin Noor itu.
Baca juga: BRG: Pembenahan ekosistem gambut harus diperkuat untuk atasi karhutla
Api yang membakar lahan di Jalan Tegal Arum, Kelurahan Syamsudin Noor, Kecamatan Landasan Ulin, Kota Banjarbaru sejak Jumat (13/9), memang terus terjadi hingga Minggu siang.
Bahkan, lahan yang terbakar terus merambat dan semakin luas hingga sudah mendekati sejumlah komplek perumahan penduduk di Jalan Kasturi 2.
Akibat dari kebakaran tersebut, kabut asap pun terus terjadi hingga mengganggu jadwal penerbangan baik pesawat yang ingin lepas landas maupun mendarat lantaran jarak pandang pilot terbatas.
Warga juga sudah mengeluhkan gangguan kesehatan karena menghirup asap, terutama di saat pagi hari yang sangat pekat hingga membuat mata perih.
Baca juga: Kebakaran hutan berlanjut, Walhi minta restorasi gambut dievaluasi
Pewarta: Firman
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019