"Tim telah turun langsung ke lokasi untuk mengambil sampel ikan dan air untuk dilakukan analisa oleh balai karantina ikan," kata Kepala DKP Ambon, Steven Patty di Ambon, Minggu.
Ia mengatakan, dugaan sementara penyebab ribuan ikan mati di pantai Rutong dan Leahari sejak Sabtu (14/9) disebabkan getaran ledakan yang sangat kuat dari dalam laut sehingga ikan mati.
Jenis ikan yang ditemukan mati adalah ikan yang hidup di kedalaman 100 meter yakni ikan karang, yang ditemukan dalam kondisi tulang retak, mata ikan copot karena getaran yang kuat.
"Dugaan sementara karena ledakan getaran yang kuat, sehingga ikan-ikan mati dengan kondisi tulang retak, dan mata copot. Analisa sementara dilakukan balai karantina hasilnya akan disampaikan beberapa waktu kedepan," katanya.
Masyarakat sekitar pantai tersebut, kata Steven, mengonsumsi ikan dan tidak mengalami keracunan akibat ikan yang mati.
Dia mengatakan tekstur ikan yang ditemukan mati selama dua hari, masih segar dan daging ikan masih bisa dikonsumsi serta tidak mengandung racun,
"Masyarakat yang kami temui menyatakan mereka mengonsumsi ikan tetapi tidak keracunan, sehingga kami masih terus melakukan analisa kematian ikan ini," ujarnya.
Disinggung terkait kematian ikan karena ledakan alga atau fitoplankton (blooming algae), pihaknya masih menganalisis setiap 200 meter di pantai Hutumuri dan hingga Hukurilla.
Petugas juga direncanakan akan melakukan penyelaman untuk melihat kondisi bawah laut terutama terumbu karang.
"Penyebab sementara bukan karena ledakan alga, tetapi karena daya ledak yang kuat dari laut," katanya.
Ia menambahkan, masyarakat jangan mengambil kesimpulan yang sembarangan akibat kematian ribuan ikan di pantai.
Baca juga: Seekor paus mati terdampar di Pantai Lumajang
Baca juga: Ribuan ikan mati di pantai Ancol diduga karena limbah
Baca juga: BKSDA kuburkan bangkai paus mati terdampar di Pulau Buru
Pewarta: Penina Fiolana Mayaut
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019