"Car Free Day memang belum berhasil meningkatkan kualitas udara secara keseluruhan. Karena belum membangun karakter masyarakat Jakarta untuk meninggalkan kendaraan bermotornya," kata inisiator Car Free Day DKI Jakarta Ahmad Safrudin saat ditemui dalam perayaan Car Free Day ke-17 di Spot Budaya Taman Dukuh Atas, Jakarta Selatan, Minggu.
Pria yang akrab dipanggil Puput itu mengatakan tujuan diadakan HBKB diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk lebih banyak berjalan kaki, menggunakan kendaraan umum dan kendaraan non polusi.
Namun pesan tersebut belum terwujud hingga sekarang. Terbukti dengan tingginya polusi yang berada di wilayah DKI Jakarta yang disumbangkan paling banyak dari kendaraan bermotor. Saat ini kendaraan bermotor, yaitu sepeda motor dan mobil menyumbangkan porsi polusi terbesar di Jakarta, yaitu sebanyak 60 persen.
Baca juga: Pemprov DKI akui belum maksimal melakukan penataan PKL di HBKB
Baca juga: 17 tahun Car Free Day, Pemprov DKI bagikan 100 tanaman lidah mertua
Puput mengharapkan selain kesadaran masyarakat untuk meninggalkan kendaraan bermotor, pemerintah juga lebih memperhatikan fasilitas umum bagi pejalan kaki terutama di daerah-daerah yang bukan jalan protokol.
"Fasilitas pejalan kaki, jangan hanya di kawasan Monas, Menteng dan Kebayoran baru. Tiap dua tahun sekali dibongkar dipercantik lagi. Tapi kenapa yang di Rawa Belong, Rawasari, kenapa tidak dilakukan itu," ujar Puput.
Ia berharap pemerintah tidak perlu mempercantik trotoar dengan menambahkan pot-pot berukur besar namun lebih memperhatikan fungsi dari trotoar agar tetap nyaman digunakan oleh semua orang.
"Trotoar itu tidak perlu cantik tapi yang penting ada dan nyaman diinjak, kesat dan konturnya tidak patah-patah. Pengguna jalan yang memakai kursi roda juga nyaman," ujar Puput.
Diharapkan dengan meningkatnya kesadaran penduduk beralih menggunakan kendaraan nonpolusi dan peningkatan fasilitas pejalan kaki maka kualitas udara di Jakarta semakin membaik.
Baca juga: Menikmati CFD di Jakarta
Baca juga: Mata Rantai Jurnalis gelar aksi 1 juta masker bagi korban karhutla
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019