"Kalau saya lihat, aksi ACT ini adalah aksi kemanusiaan yang real," kata Kasubdit Analisis Informasi Iklim BMKG Adi Ripaldi di Humanity Distribution Center (HDC) ACT di Gunung Sindur, Bogor, Senin.
Ia mengatakan bahwa korban karhutla saat ini benar-benar membutuhkan bantuan langsung.
Dampak kabut asap akibat karhutla, kata dia, begitu dahsyat karena gas-gas beracun yang sangat membahayakan bagi kesehatan, selain juga mengganggu aktivitas masyarakat.
Baca juga: ACT berangkatkan 100 relawan dan 100 ton bantuan pangan ke Riau
"Dampak kesehatan ini bisa jadi jangka panjang. Misalkan terkena ISPA sekarang. Namun demikian dampak jangka panjangnya mereka bisa terkena gangguan paru-paru, asma dan sebagainya," tambahnya.
Dan dampak kesehatan tersebut, kata dia lebih lanjut, kemungkinan masih harus dirasakan beberapa bulan atau beberapa tahun mendatang.
Oleh karena itu, aksi nyata yang harus dilakukan bagi masyarakat yang terkena dampak adalah bantuan sesegera mungkin.
"Karena itu yang akan dirasakan langsung oleh masyarakat," kata dia.
Adi menyampaikan apresiasi tersebut dalam sambutan seremoni pemberangkatan 100 relawan ACT yang akan diterjunkan untuk membantu penanganan karhutla di Riau, yang akan disusul dengan pengerahan di wilayah lain yang terkena karhutla.
Baca juga: ACT ajak seluruh masyarakat bantu korban dan penanganan karhutla
Selain 100 relawan yang terdiri dari relawan pemadam kebakaran dan relawan medis, ACT juga membawa sekitar 100 ton bantuan pangan bagi korban yang membutuhkan akibat karhutla yang melumpuhkan aktivitas perekonomian di sana.
Bantuan tersebut dikerahkan menyusul aksi pembagian 2.000 masker yang dilakukan ACT bersama Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) di provinsi yang sama dua hari lalu.
Setelah mengirim relawan dan bantuan pangan, pengiriman bantuan akan dilanjutkan dengan aksi yang lebih besar berupa pengiriman ribuan ton bantuan pangan melalui Kapal Kemanusiaan yang dijadwalkan akan berangkat pada akhir September ke seluruh wilayah tempat terjadinya karhutla.
Baca juga: ACT Sumut salurkan 15.000 air bersih atasi kekeringan di Labuhan Batu
Pewarta: Katriana
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019