Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam, untuk kali pertama pada Kamis, akan menggelar dialog dengan masyarakat Hong Kong yang melakukan unjuk rasa dalam waktu hampir empat bulan terakhir.
Menurut pemerintah, pada dialog tersebut direncanakan hadir sebanyak 150 orang anggota perwakilan masyarakat yang masing-masing diberikan waktu sekitar tiga menit untuk menyampaikan pandangannya.
Pengamanan ketat akan disiagakan di sekitar lokasi pertemuan di Distrik Wan Chai, dengan rencana pemulangan lebih awal dari sekolah dan kegiatan bisnis.
“Ada luka mendalam yang terbuka di masyarakat Hong Kong, dan akan butuh banyak waktu untuk menyembuhkannya,” kata Lam dalam surat kabar New York Times.
Dia menambahkan, pemerintah masih berharap bahwa dialog akan berhasil menangani konflik yang ada sehingga perdamaian dan kepercayaan masyarakat akan kembali.
Namun, seorang warga Hong Kong, Poon Yau-lok, justru tak acuh dan meragukan keberhasilan dialog itu.
“Mereka (pemerintah) tidak mau mendengarkan ketika ada dua ratus ribu orang berdemonstrasi di jalan. Sekarang, bagaimana mereka mau mendengarkan suara 150 orang saja?” ujar Yau-lok.
Gelombang unjuk rasa masyarakat Hong Kong mulai terjadi akibat rencana pemerintah mengesahkan RUU Ekstradisi yang memungkinkan tersangka kriminal diadili di China daratan.
Selain menuntut pemerintah membatalkan RUU itu (saat ini sudah dibatalkan), pengunjuk rasa kemudian menuntut juga hal-hal lain, yang paling utama adalah demokrasi yang lebih baik.
Sumber: Reuters
Baca juga: Hong Kong dibersihkan setelah kekacauan menjelang peringatan 1 Oktober
Baca juga: China: status Hong Kong tak dapat diganggu gugat
Baca juga: Kelompok pro-Beijing cabuti dinding protes Hong Kong, risiko bentrok
Pewarta: Suwanti
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019