"Kami sudah melakukan pengujian emisi kendaraan yang sama menggunakan BBG hasilnya jauh lebih ramah lingkungan," kata dia, saat konferensi pers di Kantor KPBB Jakarta, Jumat.
Pengujian tersebut dilakukan pada 2008 menggunakan kendaraan bermotor standar euro dua. Dari hasil uji itu, emisi bahan bakar hanya tersisa sekitar 10 persen.
Oleh karena itu, pria yang kerap disapa Puput tersebut menyimpulkan pengurangan emisi gas buang kendaraan bermotor di Ibu Kota Jakarta dapat ditekan melalui BBG.
"Karena emisi kendaraan bermotor itu sangat tergantung pada jenis bahan bakarnya," katanya.
Baca juga: Asosiasi nilai kendaraan BBG dapat kurangi gas rumah kaca
Bahkan, kata dia, dari hasil uji tersebut kendaraan bermotor standar uero dua apabila mengunakan BBG, maka hasil emisinya setara dengan euro enam.
Kelebihan kendaraan menggunakan BBG dikarenakan emisi yang dihasilkan tidak mengandung sulfur sehingga partikel debu jauh lebih kecil apabila dibandingkan BBM.
Lebih jauh, jika pemerintah kesulitan menerapkan standar euro enam sebagai kendaraan umum di ibu kota, maka konversi BBM ke BBG merupakan alternatif terbaik.
Meskipun demikian, Puput mengaku belum memiliki data berapa pengurangan emisi gas kendaraan bermotor BBG sejak diterapkan Peraturan Gubernur (Pergub) 141 tahun 2017 tentang pemanfaatan gas untuk transportasi umum.
Secara global KPBB belum mempunyai data. Namun, apabila pemerintah membutuhkan maka simulasi uji emisi secara menyeluruh dapat dilakukan sehingga kualitas udara di Jakarta juga dapat diketahui.
Baca juga: Pemerintah disarankan upayakan kembali penggunaan kendaraan BBG
Baca juga: KPBB: Kendaraan operasional Pemprov DKI harus beralih ke BBG
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019