• Beranda
  • Berita
  • China-Jepang tertarik dukung pembangunan bandar antariksa Indonesia

China-Jepang tertarik dukung pembangunan bandar antariksa Indonesia

27 September 2019 20:03 WIB
China-Jepang tertarik dukung pembangunan bandar antariksa Indonesia
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan) Thomas Djamaluddin diwawancarai oleh ANTARA di sela-sela acara ekspose kerja sama penerbangan dan antariksa, Jakarta, Jumat (27/09/2019). (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan sejumlah negara di wilayah Asia Pasifik seperti China dan Jepang tertarik untuk mendukung pembangunan bandar antariksa Indonesia di Pulau Biak, Papua.

"Sudah ada yang tertarik, beberapa negara di Asia Pasifik ada China, Jepang, Korea juga pernah menyampaikan secara prinsip, kemudian India," kata Thomas kepada ANTARA di sela-sela acara ekspose kerja sama penerbangan dan antariksa, Jakarta, Jumat.

Dia menuturkan pembangunan bandar antariksa itu ditargetkan pada 2022 itu sudah dimulai bergantung dari segi ketersediaan anggarannya. Pada 2040 Indonesia ditargetkan telah memiliki bandar antariksa sendiri sehingga dapat meluncurkan satelit dan roket buatan dalam negeri.

"Kalau anggarannya terbatas seperti saat ini tentu tahapannya akan lebih lama tapi kalau kemudian nanti ada kemitraan internasional mungkin bisa dipercepat," tuturnya.

Baca juga: Dua jenis bandar antariksa akan dibangun di Pulau Biak

Baca juga: Lapan tanda tangani 15 perjanjian kerja sama dengan lembaga dan pemda


Pembangunan bandar antariksa itu membutuhkan anggaran yang sangat besar sehingga membutuhkan dukungan dari semua pihak bahkan bisa melibatkan mitra internasional. Kajian anggaran untuk pembangunan bandar antariksa itu juga akan dilakukan.

Thomas menuturkan pembangunan bandar antariksa membutuhkan berbagai kajian yang komprehensif. Sebagian kajian sudah dimulai pada 2019 seperti kajian kelayakan lokasi.

"Kajian pertama terkait dengan kelayakan lokasi untuk bandar antariksa apakah itu memenuhi syarat atau tidak, kemudian kajian terkait dengan aspek lingkungan, termasuk sosial ekonomi, dan kajian lainnya. Kemudian aspek teknologi akan menjadi kajian yang lebih komprehesif lagi," ujarnya.

Kajian-kajian tersebut diharapkan dalam setahun atau dua tahun sudah bisa selesai sehingga proses pembangunannya secara bertahap.*

Baca juga: Drone untuk pengangkut manusia diluncurkan LAPAN

Baca juga: Lapan bahas roadmap industri pesawat terbang nasional AeroSummit 2019

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019