Kementerian Koordinator Perekonomian menyebutkan peluang kerja didi sektor perkebunan kelapa sawit akan semakin terbuka seiring peningkatan produksi dan kualitas hasil perkebunan.apalagi sekarang selain penggantian generasi juga teknologi dan tren menuju hal-hal yang lebih baik dan suistainable atau berkelanjutan
"Saya pikir (peluang kerja sektor sawit) akan terus menerus berproses, apalagi sekarang selain penggantian generasi juga teknologi dan tren menuju hal-hal yang lebih baik dan suistainable atau berkelanjutan," kata Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Kementerian Koordinator Perekonomian Musdhalifah Machmud di Institut Pertanian (Instiper) Yogyakarta, Kamis.
Baca juga: Indonesia apresiasi kerja sama RI-Belanda terkait sawit lestari
Pernyataan itu dikatakan Musdhalifah saat ditanya peluang kerja di sektor perkebunan usai menghadiri acara Wisuda Angkatan III Program Diploma 1 Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY) Stiper dan Pembukaan Kuliah Angkatan IV Program Diploma 1 AKPY Stiper di Grha Instiper.
Menurut dia, makin terbukanya peluang kerja di sektor perkebunan utamanya kelapa sawit itu karena ada transformasi yang tadinya ada lahan tidak dimanfaatkan menjadi dimanfaatkan untuk kebun, sehingga itu menjadi bagian dari penciptaan lapangan kerja atau lapangan kerja baru.
"Jadi pengelolaannya akan lebih 'quality', yang tadinya kan produksi bisa mengarah kepada kualitas, dan itu harus memenuhi macam-macam aspek, seperti ramah lingkungan dengan penerapan teknologi di dalamnya," katanya.
Baca juga: Indonesia gandeng asing pelatihan sawit lestari
"Produk berkualitas itu membutuhkan skill yang lebih baik dan lebih fokus, bukan sekadar dikelola kemudian ditinggal, jadi kalau misal produktivitas kebun kita naik dua kali lipat dari sekarang otomatis petani akan lebih fokus, perbaiki supaya tidak turun kualitasnya," katanya.
Untuk itu, dia berharap dengan adanya pendidikan D1 di AKPY Stiper Yogyakarta yang sudah berjalan beberapa tahun 2019 ini bisa menghasilkan sumber daya manusia (SDM) perkebunan yang memiliki pengetahuan dan keahlian dasar bagaimana cara menanam dan mengelola kebun setelah menempuh pendidikan di perguruan tinggi itu.
"Harapan saya nanti akan tersebar luas SDM-SDM kita yang punya basic-basic ilmu pengetahuan yang baik untuk perkebunan kelapa sawit. Apalagi selama ini kan hanya otodidak, atau sekadar menanam tapi tidak tahu landasannya, dasar-dasarnya misalnya harus dengan jarak berapa, kenapa pupuk harus dicampurkan dan lain-lain," katanya.
Sementara itu Direktur AKPY Stiper Yogyakarta Sri Gunawan mengatakan sejak 2016, Instiper menyelenggarakan pendidikan beasiswa untuk anak-anak petani atau buruh tani kelapa sawit.
Sampai saat ini Instiper telah mendidik 600 putra-putri petani kelapa sawit untuk pemenuhan SDM kompeten di bidang perkebunan kelapa sawit.
Baca juga: Gapki kenalkan industri sawit dan turunannya kepada kaum milenial
Seiring dengan peningkatan SDM sawit, kata dia, yayasan pendidikan kader perkebunan Yogyakarta selaku pengelola Instiper mendirikan AKPY untuk mengembangkan program pendidikan vokasi kelapa sawit (D1) untuk memenuhi kebutuhan SDM yang unggul di perkebunan kelapa sawit, baik perkebunan nasional, swasta, maupun rakyat
Dia menjelaskan, pada tahun 2019 ini Instiper telah mewisuda 197 mahasiswa program beasiswa dan menerima 300 mahasiswa baru program beasiswa dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) yang tersebar dari 21 provinsi sentral kelapa sawit.
"Harapannya setelah mahasiswa lulus, bisa berkarir di Koperasi Petani kelapa sawit di wilayahnya masing-masing sebagai Mandor 100 hektare atau di perkebunan rakyat, kebunnya sendiri ataupun di industri sawit," katanya.
Baca juga: Gapki akui dua izin konsesi anggotanya disegel KLHK karena karhutla
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019