"Saya berharap kita punya presiden yang mau dilantik kita dukung, ngapain bikin hoaks juga. Lebih baik kita bersatu," ujar Rudiantara di Jakarta, Kamis.
Rudiantara mengatakan hoaks ada yang bersifat disinformasi, ada pula yang memprovokasi, menghasut, bahkan mengadu domba.
"Kalau hoaks setiap hari ada dan tiap hari juga kita pantau," kata dia.
Terkait dengan hoaks yang menyebar ketika unjuk rasa terjadi pada akhir September lalu, Rudiantara mengatakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah melakukan take down ratusan ribu URL yang digunakan untuk menyebarkan hoaks.
Baca juga: Kondisi Wiranto, Menkominfo: Tunggu informasi dari Polri
"Ada puncaknya sehari 270 ribu lebih ya itu paling tinggi. Tanggal 25 September itu paling tinggi 270 ribu lebih URL yang dipakai untuk menyebar hoaks," ujar Rudiantara.
Saat ditanya apakah Kominfo akan melakukan kontrol atau pembatasan akses internet untuk mengantisipasi penyebaran hoaks saat pelantikan presiden nanti, Rudiantara tidak mau berandai-andai.
"Kita berfikirnya positif. Kita jangan berandai-andai terus," ujar dia.
Mengenai buzzer, menurut Rudiantara, tidak ada yang salah dengan buzzer, sebab di undang-undang tidak ada larangan menjadi buzzer, namun dilarang adalah kontennya yang melanggar undang-undang.
Baca juga: Menkominfo prediksi unicorn selanjutnya dari health-tech
Baca juga: Menkominfo dukung integrasi layanan digital BPJS Kesehatan-Halodoc
Baca juga: Menkominfo prediksi ada unicorn lain akhir 2019
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2019