Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar mengatakan kunci menghadapi ancaman seperti yang menimpa Menko Polhukam Wiranto adalah intelijen.
"Saya rasa mungkin di sini peringatannya pada kita semua, menghadapi ancaman seperti ini kuncinya intelijen," kata Agum Gumelar, usai menjenguk Wiranto di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Jokowi jelaskan kondisi Wiranto stabil
Baca juga: PBNU: Usut sampai akarnya penyerangan terhadap Wiranto
Intelijen kata dia bisa dijadikan sebagai dasar untuk mencegah teror itu terjadi. Namun kejadian yang terjadi terhadap Wiranto tidak pula musti dicap sebagai "kecolongan".
Menurut Agum, teror itu bisa terjadi kapan saja di mana saja, dengan cara apa saja serta terhadap siapa saja.
Mengenai kondisi medis, Agum mengatakan Wiranto harus menjalani operasi yang cukup besar, yang membutuhkan waktu penanganan tiga jam.
"Luka kan sudah tahu semua, di perut kan, operasinya tiga jam lebih, jadi operasi yang cukup besar, kondisi sudah membaik," ujarnya.
Baca juga: Menkeu pastikan penusukan Wiranto tak pengaruhi ekonomi RI
Sebelumnya, pada Kamis 10 Oktober 2019, Wiranto diserang oleh orang tidak dikenal ketika kunjungan kerja ke Pandeglang, Banten.
Wiranto dikabarkan terkena dua tusukan benda tajam di perut akibat penyerangan tersebut. Ia awalnya mendapatkan perawatan di RSUD Berkah, Pandeglang, kemudian dirujuk ke RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.
Selain Wiranto, tiga orang lainnya juga terkena tusukan pelaku, yaitu ajudan Wiranto, Kapolsek Menes Pandeglang Kompol Daryanto, dan seorang pegawai Universitas Mathla'ul Anwar.
Baca juga: Pelaku penusukan Wiranto kelompok radikal, Menag: Biar polisi dalami
Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Eddy K Sinoel
Copyright © ANTARA 2019