BPJS Kesehatan menunggak sebesar Rp18 milliar di RSUD Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, karena belum ditransfer dari pusat.ada satu perusahaan obat yang sudah menghentikan pemasokan obat
Kepala BPJS Gunung Kidul, Syarifatun di Gunung Kidul, Senin, membenarkan adanya tunggakan kepada RSUD Wonosari karena karena pembayaran itu tergantung dari pihak pusat BPJS Pusat.
“Pembayaran tergantung dari transfer kantor pusat, harusnya minggu ini. Nantinya BPJS pusat akan menstransfer langsung ke seluruh faskes RSUD Wonosari maupun puskesmas dan yang lainnya,” katanya.
Ia mengatakan dalam perjanjian dengan faskes kalau pihak BPJS Kesehatan telat membayar, maka harus membayar denda sebesar satu persen.
"Biasanya denda akan dibayarkan bersama dengan pembayaran klaim lainnya," katanya.
Baca juga: Tunggakan BPJS ke RS kian membengkak jika defisit berlarut
Sementara itu, Dirut RSUD Wonosari Heru Sulistyowati mengatakan tunggakan BPJS Kesehatan di RSUD Wonosari sejak enam bulan lalu sampai saat ini belum dibayarkan.
"Tugakan BPJS Kesehatan pada April jatuh tempo pada bulan Juli katanya akan dibayar pada bulan ini," katanya.
Meski ada tunggakan BPJS belum dibayarkan, Heru menjamin tidak mempengaruhi pelayanan kesehatan kepada peserta BPJS Kesehatan. Selain itu, tunggakan tersebut tidak mempengaruhi dari kinerja dari RSUD.
Namun akibat tertundanya pembayaran iyu maka RSUD Wonosari belum bisa membayar rekanan RSUD seperti pada pelayanan cuci darah.
"Kami ada kerja sama dengan rekanan yang belum kita bayar, kemudian untuk layanan tabung oksigen juga belum bisa kami bayarkan," katanya.
Baca juga: Tunggakan iuran BPJS Kesehatan Curup mencapai Rp31,3 miliar
Heru mengungkapkan dampak dari tunggakan BPJS Kesehatan bagi RSUD Wonosari yang parah, yakni ada rekanan yang tidak mau mengirim obatnya lantaran belum mendapatkan pembayaran dari BPJS kesehatan.
"Ada satu perusahaan obat yang sudah menghentikan pemasokan obat. Mau tidak mau kami harus membayar tunggakan," katanya.
Manajemen RSUD Wonosari berusaha melakukan komunikasi dengan pihak rekanan, khususnya pemasok obat-obatan dan peralatan medis.
Dirinya berharap agar permasalahan ini segera dapat diselesaikan sehingga tidak mempengaruhi kinerja maupun rekanan dengan BPJS.
"Kami saat ini nyaris kehabisan cash flow, sebenarnya kalau kita bayar semua rekanan kami cash flow kami sudah habis. Tetapi ada beberapa rekanan yang bisa kami komunikasikan untuk kami tunda pembayarannya nunggu transfer BPJS akhirnya masih jalan," ungkapnya.
Baca juga: 59 badan usaha di Jawa Tengah tunggak iuran JKN
Baca juga: Tunggakan PBI BPJS Kesehatan Sulsel Rp116,4 miliar
Pewarta: Sutarmi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019