"Harapannya secara umum iptek dan inovasi mendapat perhatian besar bahkan menjadi pengungkit kemajuan pembangunan nasional melalui tumbuhnya industri berbasis iptek dan inovasi," kata Anhar di Jakarta, Selasa.
Anhar menuturkan untuk menumbuhkembangkan industri berbasis iptek dan inovasi maka perlu penguatan sinergi antara pelaku riset, dunia bisnis dan pemerintah.
Dunia bisnis dan pelaku riset, menurut dia, harus terkoneksi agar hasil penelitian benar-benar dapat dipakai mendorong ekonomi bangsa serta mengarahkan penelitian pada hasil riset berdasarkan kebutuhan masyarakat, bangsa dan permintaan pasar.
Pemerintah memegang peranan penting dalam intervensi terutama kebijakan untuk membuat ekosistem riset semakin kokoh dan peningkatan pemanfaatan hasil riset anak bangsa.
Baca juga: Untuk PLTN, Kalbar terus dorong BATAN lakukan kajian
Anhar mengatakan pada pemerintahan periode 2014-2019, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi banyak mendorong lembaga pemerintah non kementerian dan perguruan tinggi untuk berinovasi dan melakukan hilirisasi produk riset, sehingga masyarakat merasakan manfaat dari riset yang selama ini telah dilakukan.
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi juga berhasil mendorong publikasi penelitian Indonesia meningkat di kancah internasional.
Sebelumnya, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan Indonesia berhasil menduduki posisi tertinggi untuk jumlah publikasi internasional dan paten di Asia Tenggara (ASEAN) pada 2018 serta mampu melampaui target pertumbuhan perusahaan pemula berbasis teknologi (PPBT) atau startup.
Baca juga: Kantor Batan Bandung diusulkan jadi Bangunan Cagar Budaya
"Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan LPNK mengalami kemajuan luar biasa dalam riset. Di 2013, publikasi riset kita ada di nomor 4. Di 1994, kita tidak pernah di nomor 3, selalu nomor 4. Dengan adanya kebijakan, maka kemajuan kita luar biasa. Sekarang kita di peringkat pertama. Dalam hal paten juga sama, selalu nomor 4, alhamdulillah di 2018 kita sudah nomor 1 di ASEAN," kata Nasir dalam Silaturahmi dan Dialog Menristekdikti dengan Para Peneliti Utama, Perekayasa Ahli utama, dan Perekayasa Ahli Madya di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Senin.
Pencapaian tersebut bersifat signifikan karena pada 2013 sampai 2016, Indonesia tidak pernah masuk tiga besar untuk jumlah publikasi internasional di Asia Tenggara.
Baca juga: BATAN katakan mobil dari energi PLTN ramah lingkungan
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019