Seniman asal Amerika Serikat, Courtney Mattison, mendorong upaya pelestarian dan penyelamatan terumbu karang melalui instalasi seni rupa yang dibuat menggunakan bahan dasar keramik dan menggambarkan dampak perubahan iklim terhadap terumbu karang.
Saat menampilkan instalasi kolosal yang dinamakan ‘Confluence’ di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, Selasa, Courtney menjelaskan bahwa instalasi tersebut merupakan suatu karya seni yang menggambarkan keindahan yang rapuh dari terumbu karang di Indonesia.
“Saya telah berkesempatan untuk menjelajahi terumbu karang yang ada di Indonesia seperti di Raja Ampat, Pulau Komodo dan Bali. Mereka (terumbu karang Indonesia) adalah inspirasi dari karya-karya seni saya,” ujar Courtney saat berbicara tentang karya seni berukuran 846 cm x 570 cm x 50 cm itu.
Seniman asal San Fransisco, California itu menjelaskan bahwa instalasi seni bertajuk ‘Confluence’ merupakan bagian dari rangkaian karya seninya tentang terumbu karang yang berjudul "Our Changing Seas" atau Laut Kita yang Berubah.
Melalui karya seninya, Courtney berniat mendorong upaya konservasi terumbu karang yang mengalami banyak dampak buruk dari perubahan iklim yang kini tengah berlangsung.
“Dampak dari perubahan iklim secara alamiah ditunjukkan oleh terumbu karang yang kehilangan warna-warnanya. Transisi itu dapat terlihat secara jelas. Saat saya mencoba menggambarkan perubahan iklim, saya tak perlu terlalu berpikir banyak karena terumbu karang telah menunjukkan dampaknya dan mereka membutuhkan bantuan,” ungkapnya.
Baca juga: Indonesia berkomitmen terus dorong isu terumbu karang di global
Baca juga: Indonesia-Monako kerja sama konservasi terumbu karang
Menurut dia, seni merupakan salah satu alat yang memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan kesadaran tentang konservasi terumbu karang. Karya seni yang ia buat itu pun memperlihatkan sejumlah terumbu karang sehat yang begitu cerah dan penuh warna, serta beberapa yang telah rusak dan pudar akibat dampak perubahan iklim dan penggunaan minyak fosil.
“Perubahan iklim merupakan ancaman yang sangat besar bagi terumbu karang kita,” tegasnya.
Rapuh
Courtney menyandang gelar sarjana dalam studi ekologi kelautan dan pemahatan keramik dari Skidmore College, serta gelar magister studi lingkungan dari Brown University. Wanita itu sempat bereksperimen dengan berbagai macam material untuk membuat instalasi seni dalam seri "Our Changing Seas", demi memastikan pesannya tentang konservasi terumbu karang benar-benar tersampaikan.
“Saya rasa keramik adalah material yang tepat untuk membuat terumbu karang dalam karya seni saya karena bahan tersebut sangat rapuh, sama seperti terumbu karang di lautan. Apabila mereka disentuh begitu saja saat kita snorkeling atau scuba diving, mereka dapat mati dengan sangat mudah,” katanya sambil menyebut bahwa rasa rapuh tersebut sangat penting dalam menginspirasi karya-karya seninya.
Ia pun menyebut terumbu karang, khususnya yang ada di Indonesia, begitu spesial dan sangat menginspirasi untuk dirinya.
“Terumbu karang di Indonesia lebih beragam dan sehat dibanding sebagian besar laut di dunia. Indonesia berada di kawasan yang disebut ‘segitiga terumbu karang’ dan para ilmuwan menyebutnya sebagai hutan amazon laut karena hal itu,” jelasnya.
Baca juga: Dewan Menteri Segitiga Terumbu Karang akan bertemu di Manado
Baca juga: WWF lanjutkan kolaborasi kelola Coral Triangle
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2019