Perusahaan pengelolaan sampah sekaligus perusahaan pembangkit listrik tenaga biomassa terbesar di Tiongkok, Everbright International (EI) siap membantu Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam melakukan pengelolaan sampah di provinsi itu.Indonesia adalah negara yang termasuk dalam kebijakan One Belt Road Initiative (OBRI) dari Tiongkok
Hal ini mengemuka saat hari ketiga kunjungan kerja Gubernur NTB H. Zulkieflimansyah bersama rombongan ke Tiongkok yang diisi dengan meninjau Everbright International (EI) seperti dalam keterangan tertulis yang diterima wartawan di Mataram, Sabtu.
Gubernur NTB H. Zulkieflimansyah mengaku antusias ketika bertemu para pengelola perusahaan dan bagaimana menggali teknik manajemen pengelolaan sampah yang dilakukan Everbright International (EI).
"Pariwisata adalah salah satu sektor andalan kami di NTB. Persoalan pengelolaan sampah yang baik adalah konsekuensi logis dari pariwisata, dari mulai volume sampah yang begitu besar hingga tuntutan bahwa seluruh kawasan tujuan wisata harus bebas sampah," ujarnya di hadapan jajaran Everbright International (EI).
Zulkieflimansyah menjelaskan, salah satu program pemerintah provinsi, yakni provinsi zero waste (bebas sampah). Sehingga diperlukan manajemen yang efektif dan efisien untuk mengatasi sampah.
"Jadi kami sangat berharap bisa menjalin kerja sama untuk investasi dan transfer teknologi serta manajemen pengelolaan sampah dari Everbright International di NTB," kata gubernur.
Baca juga: BPPT: proyek percontohan PLTSa Bantar Gebang segera rampung
Gubernur berharap bisa segera merealisasikan kerjasama investasi dan transfer teknologi pengelolaan sampah dengan Everbright.
"Kami sediakan lahan dan permudah segala perizinan investasinya, jika memang teknologi Everbright cocok dibangun di NTB. Kami siapkan semua fasilitas yang mempermudah EI untuk mengelola sampah sekaligus memproduksi listrik secepat mungkin di NTB. Silakan segera berkunjung dan melakukan survei kelayakan," ucap Doktor Zul sapaan akkrabnya.
Everbright di Hangzhou juga sekaligus perusahaan pembangkit listrik tenaga biomassa (sampah) terbesar untuk Tiongkok, yang dibangun selama tiga tahun sejak 2014 dan beroperasi selama dua tahun.
Everbright International sendiri memiliki fasilitas pengelola sampah di lebih dari 170 lokasi di 22 provinsi di Tiongkok, menangani 370 proyek pengelolaan sampah dan pembangkit listrik.
General Manager Everbright International Chen Honxiong, mengaku bangga menyambut tawaran kerja sama dari rombongan kerja Gubernur NTB. Baginya, sangat terbuka lebar pintu kerja sama itu karena Indonesia adalah negara yang termasuk dalam kebijakan One Belt Road Initiative (OBRI) dari Tiongkok.
Baca juga: Pemerintah targetkan bangun PLTSa 190 MW hingga 2025
"Indonesia adalah negara sahabat RRT yang termasuk dalam kerangka kebijakan OBRI, jadi setiap jalinan kerja sama dan persahabatan sangat terbuka untuk direalisasikan. Tinggal nanti jika sepakat, kita adakan feasibility study ke NTB, untuk menjajaki kecocokan teknologi dengan lahan dan sumber daya di NTB. Untuk informasi saja, salah satu mitra kami untuk pengelolaan sampah di Indonesia adalah Sinar Mas," kata Chen.
Menurut hitungan, sambung Chen, jika tanpa fasilitas pengelolaan sampah EI di Hangzhou, maka seluruh permukaan tanah wilayah Provinsi Zhejiang akan tertutupi sampah dalam waktu kurang dari lima tahun.
"Setiap hari saja, sekitar 3 ribu ton sampah organik rumah tangga diangkut truk-truk ke pabrik ini untuk diolah menjadi bahan biomassa pembangkit energi listrik," lanjutnya.
Dari pemrosesan sampah itu, EI Hangzhou mampu memproduksi energi "listrik hijau" sekira 390 juta KWH per tahun.
"Bahkan air mancur yang ada di depan lobi itu dibuat dari ekstraksi larutan sampah, dan seluruh listrik di pabrik ini berasal dari produksi sendiri," katanya.
Baca juga: Penggunaan pembangkit listrik tenaga sampah bantu penanganan sampah
Baca juga: Menristek Canangkan Pembangunan PLTSa Gedebage
Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019