Hal tersebut disampaikan Dr. Othsman Hassan dalam ceramah umum di Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Jakarta, Kamis.
"Ketika beliau ada masalah tertembak di bagian mata, ada orang Muslim yang membantu. Dan, ayahanda PM Hun Sen banyak berkawan dengan orang Islam karena dahulu kampungnya dekat dengan perkampungan komunitas Muslim," ujar Othsman dalam bahasa Melayu.
Ketika keadaan negara dan masyarakat yang kacau saat rezim Pol Pot berkuasa di Kamboja , dia melanjutkan, ayahanda PM Hun Sen banyak menghabiskan waktu di perkampungan orang Muslim tersebut.
"Itu yang menarik hati PM Hun Sen. Namun tentu tidak hanya kepada umat Muslim, beliau memperhatikan semua rakyat Kamboja yang menganut agama Buddha maupun Kristen," kata Othsman.
Baca juga: Kamboja genjot industri halal lewat lembaga sertifikasi
Dari hal tersebut, Othsman menekankan bahwa umat Muslim Kamboja yang kebanyakan berasal dari bangsa Melayu Champa pada zaman dahulu itu tersebar di semua provinsi di wilayah negaranya dan hidup berdampingan dengan umat agama lainnya.
Di Kamboja, keseluruhan populasi sekitar 16 juta orang, masyarakat penganut agama Islam jumlahnya sekitar lima persen, sementara umat Buddha merupakan mayoritas dengan jumlah 93 persen, dan sisa dua persen masyarakat menganut agama lainnya, menurut Othsman.
Selama Pol Pot memerintah melalui rezim Khmer Merah pada tahun 1970-an, rakyat Kamboja disebut "terjajah oleh bangsa sendiri", sebagaimana Othsman mengatakan, "hampir tiga juta orang meninggal termasuk orang Muslim."
Usai masa-masa suram tersebut, Othsman menuturkan, PM Hun Sen dalam kepemimpinannya mengeluarkan kebijakan khusus bagi umat Muslim, di antaranya memberikan gaji kepada guru agama Islam mulai tahun 2015 serta mengizinkan perempuan Muslim mengenakan hijab ke tempat pendidikan.
Baca juga: Kamboja jajaki kerja sama dengan Universitas Al-Azhar Indonesia
Baca juga: Jokowi tawarkan produk Inka ke PM Kamboja
Pewarta: Suwanti
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2019