"Juni tahun depan ada semacam kolaborasi antara institusi Belanda dan Indonesia yang fokus pada riset. Kami ingin mendorong adanya kolaborasi riset antara Indonesia dan Belanda," kata Menteri Bambang dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, Jakarta, Sabtu.
Bambang saat menghadiri Opening Remark of the Holland Alumni Reception 2019 di Kedutaan Besar Belanda Jakarta, pada Jumat malam (1/11), memastikan akan ada topik riset yang akan dikerjakan oleh Indonesia dan Belanda di tahun depan, sehingga diharapkan kedua negara dapat saling terlibat dan belajar satu sama lain.
Kerja sama riset antara kedua negara telah berlangsung hampir dua dasawarsa. Kerja sama kembali diperkuat dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding- MoU) antara Indonesia dan Belanda di bidang Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan pada tanggal 22 April 2016 di Den Haag.
Baca juga: Bambang Brodjonegoro, dari pimpin Bappenas mulai urus ristek-inovasi
Baca juga: Menristek: riset-inovasi dorong sektor manufaktur lebih kompetitif
Terdapat lima belas bidang kerja sama yang disepakati, diantaranya bidang pangan pertanian, energi, pengelolaan air dan sanitasi, transportasi, logistik dan infrastruktur; serta maritim.
Sebagai tindak lanjut dari penandatanganan tersebut, telah dilakukan pertemuan The 1st Indonesia-Netherlands Joint Working Group (JWG) on Higher Education and Science (HES)’ di Jakarta pada 13 Februari 2017 yang diantaranya menyepakati identifikasi langkah kedua negara dalam mempersiapkan sumber daya manusia (peneliti, dosen, pelajar) berkualitas bagi dunia; kolaborasi riset dan inovasi yang fokus dan intensif; serta sinergi dalam pendanaan untuk pelaksanaan program kerja sama bilateral.
Menristek Bambang menuturkan kolaborasi riset antar kedua negara akan melibatkan perguruan tinggi dan lembaga penelitian yang ingin terlibat dalam kolaborasi itu.
Pemerintah Indonesia mendorong mahasiswa dan peneliti untuk memperkuat riset dan inovasi guna melahirkan pemula sebagai bagian dari upaya menciptakan kewirausahaan.
"Pemula berbasis teknologi dan informasi atau yang disebut technoprenuer harus banyak diciptakan di Indonesia, mengingat kuatnya persaingan di pentas global. Kenapa ini penting, karena ke depan profesi yang sifatnya rutin atau mekanistik akan digantikan oleh mesin atau komputer. Maka kita harus memiliki sesuatu yang berbeda, yakni kreativitas dan insting atau naluri," ujarnya.
Baca juga: Menristek: riset-inovasi dorong sektor manufaktur lebih kompetitif
Baca juga: Menristek harapkan unicorn dan perusahaan besar bina startup baru
Dalam sambutannya, Menristek Bambang juga meminta kepada mahasiswa untuk mengambil pelajaran dari tutupnya Yahoo Groups. Dia menyebut tutupnya Yahoo Groups menjadi bukti ketatnya persaingan di dunia teknologi digital saat ini. Seperti diketahui, Yahoo merupakan laman email paling populer sejak tahun 90-an.
"Bayangkan, salah satu bisnis tren di era 90-an dan sekaligus pioner email dan mesin pencari, tutup. Ini babak baru kompetisi, kalian harus siap jika tidak ingin kehilangan pekerjaan," tuturnya.
Oleh karena itu, agar mampu bersaing di kompetisi global dan pasar kerja, Menristek Bambang mengatakan mahasiswa perlu membekali diri dengan pengetahuan yang lebih maju, serta teknologi yang lebih canggih.
Mahasiswa harus mampu beradaptasi dengan cepat dan meningkatkan kemampuan dalam merespons cepatnya perkembangan teknologi, yang mana dewasa ini perubahan sudah bukan lagi menghitung puluhan tahun, melainkan hanya hitungan tahun atau bahkan kurang dari satu tahun.
"Artinya, untuk bisa bersaing ke depan, selain harus serius juga harus jelas apa spesialisasi kita, adaptif, juga mau belajar," ujar Menteri Bambang.
Dalam acara tersebut, turut hadir antara lain Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia Lambert Grijns, Direktur Nuffic Nesso Peter van Tuijil dan Rektor Universitas Kristen Satya Wacana Neil Semuel Rupidara.*
Baca juga: Menristek: motor listrik didukung kesiapan layanan pascapenjualan
Baca juga: Menristek dukung inovasi pertanian tingkatkan kesejahteraan masyarakat
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019