“Dan sesuai semangat ASEAN, semua (negara) terlibat. Jadi (kami sedang) mencari titik temu melalui kompromi formulasi,”
Indonesia terus berupaya mencari titik temu dalam perundingan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), yang masih menemui beberapa kendala meskipun secara substansi ditargetkan selesai dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-3 RCEP pada 4 November mendatang.
KTT ke-3 RCEP akan diselenggarakan sebagai bagian dari rangkaian KTT ke-35 Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di IMPACT Arena, Nonthaburi, Thailand, yang berlangsung pada 2-4 November 2019.
“Terkait RCEP, masih ada beberapa hal yang critical namun kita menunggu diskusi yang masih berlanjut. Karena secara teknis diharapkan (perundingan) bisa diselesaikan meskipun masih ada legal scraping dan masih ada negara yang memiliki isu yang perlu dikonsultasikan lagi,” kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam taklimat media di Bangkok, Thailand, Sabtu (2/11) malam.
Negara yang dimaksud Airlangga adalah India, yang menurutnya masih memiliki isu yang belum terselesaikan terkait jasa dan investasi.
Keengganan India untuk membuka pasarnya telah menjadi salah satu faktor penentu utama dalam perundingan RCEP, dan telah menguji kesabaran anggota lainnya.
Baca juga: Konklusi substansi perundingan RCEP tunggu persetujuan India
Ada kekhawatiran di India bahwa perjanjian perdagangan seperti RCEP dapat merugikan produsen dalam negeri karena mereka bersaing dengan barang yang relatif lebih murah, yang datang dari pasar lain.
Kekhawatiran itu muncul dengan latar belakang di mana pertumbuhan melambat, bisnis kecil dan menengah masih belum stabil dari efek reformasi penting, dan ekonomi India yang sedang berjuang untuk menciptakan lapangan kerja yang cukup bagi tenaga kerjanya.
Namun, Airlangga menjelaskan bahwa perundingan RCEP yang melibatkan 10 negara anggota ASEAN beserta enam mitranya, termasuk India, pada dasarnya sudah hampir selesai---hanya tinggal mencari bentuk kontekstual yang bisa diterima semua pihak.
“Dan sesuai semangat ASEAN, semua (negara) terlibat. Jadi (kami sedang) mencari titik temu melalui kompromi formulasi,” kata dia.
Baca juga: Indonesia targetkan perundingan RCEP diteken November 2020
Selain India, Airlangga menyebut satu lagi pihak masih bermasalah terkait perundingan RCEP, namun ia menolak mengungkap nama negara tersebut.
“Belum bisa di-disclose,” jawabnya singkat.
RCEP merupakan pakta perdagangan bebas (free trade agreement/FTA) yang melibatkan 10 negara anggota ASEAN serta enam negara mitra yaitu, China, Korea Selatan, Jepang, Australia, Selandia Baru, dan India.
Diluncurkan pada KTT ke-21 ASEAN pada 2012, perundingan tersebut diharapkan akan mendorong kemajuan industri negara-negara ASEAN dengan bergabungnya ASEAN dengan keenam mitranya dalam rantai pasok kawasan (regional value chain) RCEP.
Sejak saat itu, perundingan RCEP telah berlangsung, dan jika perjanjian itu disepakati, keenam belas negara tersebut akan membentuk blok perdagangan utama yang mencakup sekitar sepertiga produk domestik bruto (PDB) dunia.
Dengan jumlah populasi 48 persen dari populasi dunia dan dengan total PDB sebesar 32 persen dari PDB dunia, kawasan RCEP menjadi pasar yang besar di mana 29 persen perdagangan dunia berada di kawasan ini.
Selain itu, arus investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) yang masuk ke kawasan ini mencapai 22 persen dari FDI dunia.
Baca juga: Menlu Retno: Indonesia miliki posisi kunci dalam perundingan RCEP
Baca juga: Menlu: RCEP miliki kekuatan besar
Baca juga: Dubes Jepang untuk ASEAN dorong penyelesaian RCEP
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2019