Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Suzi Marsitawati mengatakan pohon berbunga dengan warna menarik akan menggantikan pohon Angsana dan Beringin yang ditebang di sepanjang trotoar di kawasan Cikini.Nanti kita akan ganti dengan Tabebuya
"Nanti kita akan ganti dengan Tabebuya," kata Suzi Marsitawati saat dihubungi Antara di Jakarta, Senin.
Tanaman Tabebuya diketahui sudah ditanam terlebih dahulu di Kota Surabaya dan Semarang karena warnanya yang menarik ketika mekar di penghujung musim kemarau.
Baca juga: DKI Jakarta remajakan pohon pelindung Cikini untuk bersihkan udara
Bunga Tabebuya diketahui berasal dari negara beriklim tropis yaitu Brazil dan bunga dari pohon ini sering kali disamakan dengan Bunga Sakura yang berasal dari negeri Matahari Terbit alias Jepang.
Bunga Tabebuya memiliki bentuk menyerupai terompet dan memiliki banyak warna mulai dari warna merah muda keunguan, putih, kuning, ungu, dan magenta.
Selain menanam pohon Tabebuya bagian bawah pohon nantinya akan dilengkapi dengan tanaman kecil penyerap polutan seperti tanaman bugenvil dan asoka sehingga dapat mengurangi tingkat polusi di daerah Cikini.
Baca juga: Pohon-pohon di trotoar Cikini ditebang, warga keluhkan panas
"Tujuannya agar polusi dari kendaraan bermotor dapat langsung diserap mulai dari level bawah oleh tanaman semak tersebut sampai level atas yaitu oleh pohon pelindung," kata Suzi.
Sebelumnya, Dinas Kehutanan DKI Jakarta melakukan penebangan pohon di sepanjang trotoar Cikini bersamaan dengan penataan trotoar yang dilakukan oleh Dinas Bina Marga DKI.
Selain agar menciptakan trotoar yang nyaman bagi pejalan kaki, penebangan pohon jenis Angsana dan Beringin di Cikini dilakukan untuk peremajaan tanaman.
Baca juga: Penebangan pohon di Cikini untuk peremajaan
"Kelemahannya untuk jenis Angsana adalah seiring usia pohon yang semakin tua, struktur cabang dan batangnya mudah keropos dan rapuh. Dikhawatirkan mudah patah cabangnya dan bahkan tumbang. Dampaknya tentu membahayakan pengguna jalan apalagi keberadaannya di trotoar," kata Suzi.
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019