Dalam laporan yang mereka gambarkan sebagai "epidemik yang terlupakan", dana anak-anak PBB UNICEF, badan amal internasional Save The Children dan empat badan kesehatan lainnya mendesak pemerintah agar meningkatkan investasi dalam vaksin untuk mencegah penyakit tersebut dan dalam layanan kesehatan serta obat-obatan untuk menyembuhkannya.
Baca juga: Dalam perang, air kotor lebih berbahaya buat anak-anak
"Faktanya bahwa penyakit yang dapat dicegah, disembuhkan dan mudah terdiagnosis ini masih menjadi pembunuh anak-nak kecil terbesar di dunia, yang terus terang mengejutkan," kata Seth Berkley, Kepala Eksekutif aliansi vaksin GAVI.
Pneumonia adalah penyakit paru-paru yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus ataupun jamur. Para penderita harus berjuang untuk bernafas sebab paru-paru mereka dipenuhi dengan cairan.
Penyakit itu dapat dicegah melalui vaksin, dan disembuhkan dengan antibiotik dan - jika kasusnya sudah parah - dengan oksigen, namun di sejumlah negara miskin akses untuk ini terkadang terbatas.
Nigeria, India, Pakistan, Republik Demokratik Kongo serta Ethiopia menyumbang lebih dari setengah anak-anak yang meninggal akibat pneumonia tahun lalu - kebanyakan dari mereka bayi yang belum beranjak usia 2 tahun.
Baca juga: UNICEF: Jutaan anak tak mendapat vaksin campak, ciptakan wabah
"Jutaan anak sekarat lantaran kekurangan vaksin, antibiotik yang terjangkau dan perawatan oksigen rutin," kata Kevin Watkins, kepala eksekutif Save the Children. "Ini epidemik global yang terlupakan yang menuntut respons darurat internasional."
Disebutkan dalam laporan bahwa pneumonia menyebabkan 15 persen kematian anak di bawah usia 5 tahun, namun hanya mendapatkan 3 persen dari pengeluaran untuk penelitian penyakit menular, jauh tertinggal dari penyakit lainya seperti malaria.
Baca juga: UNICEF: 2018 Tahun paling mematikan bagi anak-anak Suriah
Sumber: Reuters
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019