"Kita ini sejatinya human being, kita diciptakan illahi bukan dari robot," kata dia di sela-sela kegiatan wisuda program sarjana ke XVII dan wisuda perdana Magister Hukum Universitas Bung Karno (UBK) di Jakarta, Rabu.
Sebagai ketua sekaligus pendiri Yayasan Pendidikan Bung Karno, Rachmawati menilai dibalik kemajuan teknologi yang hadir bersamaan dengan industri 4.0, hal itu juga merupakan tantangan besar serta harus disikapi masyarakat terutama mahasiswa.
Baca juga: Menhan sebut tantangan revolusi industri 4.0 adalah ancaman "mindset"
Baca juga: UBK jajaki kerjasama dengan Universitas Malaysia
Ia mengatakan industri 4.0 boleh saja terus berjalan atau diterapkan untuk memudahkan kinerja manusia asalkan masyarakat memiliki sikap untuk menyeimbangkannya dengan prinsip dasar manusia tadi.
Sebab, industri 4.0 akan melahirkan "manusia-manusia robot" yang sejatinya bertolak belakang dengan hakikat atau fitrah manusia.
Apalagi, ujar dia, pemikiran-pemikiran liberal yang berkembang seperti saat ini lebih cenderung dikedepankan sehingga mengabaikan sikap insani atau alamiah manusia.
Baca juga: 784 sarjana dan magister Universitas Bung Karno diwisuda
Baca juga: Tantangan berat koperasi di daerah hadapi era Industri 4.0
Bahkan, banyak orang menggangap kehadiran teknologi tinggi yang diciptakan manusia merupakan suatu pencapaian atau hasil yang luar biasa. Padahal, teknologi itu hanya mampu menciptakan sebuah produk dan tidak sesempurna manusia.
"Kita boleh menggunakan teknologi tapi jangan sampai kita dimakan oleh teknologi itu," kata putri sang proklamator tersebut.
Menurut dia, prinsip utama yang harus dipegang oleh masyarakat adalah tidak boleh terlalu terlena dengan kemajuan teknologi atau era industri 4.0 tersebut.
Melainkan keberadaan industri 4.0 di Indonesia harus disikapi dengan kehati-hatian atau kewaspadaan oleh masyarakat luas termasuk para generasi muda.
Baca juga: Kompetensi SDM masih jadi tantangan industri Indonesia
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019