Sebanyak delapan ekor Gajah Sumatera, korban konflik dengan perambah, yang sempat diungsikan ke Suaka Margasatwa Padang Sugihan, Kabupaten Banyuasin akhirnya dikembalikan ke Suaka Alam Pusat Latihan Gajah Kelompok Isau-Isau, Kabupaten Lahat sebagai habitat aslinya.Masyarakat sebetulnya sudah paham bahwa habitat gajah itu dilindungi negara, hanya saja memang saat ribut-ribut kemarin ada oknum
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel Martialis Puspito dihubungi dari Palembang, Kamis, mengatakan gajah-gajah kembali karena suasana di habitatnya sudah kondusif pascaputusan hukum yang dijatuhkan kepada para perambah.
"Gajah ini diungsikan karena ada masalah penyempitan habitat serta daya jelajahnya dari 210 hektare menjadi 50 hektare, akibat ulah perambah.Sekarang perambahnya sudah dihukum dan luas habitat kembali ke 210 hektare," ujarnya.
Sebelumnya, delapan gajah betina tersebut diungsikan ke Suaka Margasatwa Padang Sugihan, Kabupaten Banyuasin akibat sering terjadi perambahan hutan oleh sekelompok warga dengan menanam bibit karet di area hutan konservasi.
Petugas BKSDA dan petugas gabungan Tripika mencabut ratusan bibit karet, namun warga kemudian malah merusak kantor operasional dan memukul petugas sekolah gajah pada 4 Maret 2019. Tak lama delapan di antara 10 gajah diungsikan ke Banyuasin karena situasi memanas.
Sebelum gajah dikembalikan lagi ke Lahat, kata dia, kelompok masyarakat di Kecamatan Merapi Barat dan Merapi Selatan di wilayah konservasi sudah sepakat akan menjaga habitat gajah dan mencegah perambahan.
"Masyarakat sebetulnya sudah paham bahwa habitat gajah itu dilindungi negara, hanya saja memang saat ribut-ribut kemarin ada oknum," katanya.
Baca juga: Kondisi gajah asal Lahat yang dipindahkan karena konflik baik
Pengembalian gajah juga disertai upaya memperbaiki sumber pakan. Sebelum diungsikan ada empat ekor gajah mengalami masalah kesehatan akibat terbatasnya sumber pakan seiring dengan menyempitnya habitat.
"Nanti akan ditambah lagi depot pakan gajah, karena kemarin waktu musim kemarau sumber pakannya agak bermasalah," kata Martialis.
Delapan ekor gajah tersebut dibawa kembali menggunakan truk dari SM Padang Sugihan, Selasa (26/11) dan tiba di Lahat, Rabu (27/11), pukul 11.00 WIB.
Nama-nama gajah yang kembali itu, yakni Ely (25), Tiara (27), Tika (25), Korina (33), Sipon (28), Elpi (28), Kalangi (27), dan Linda (28). Total ada 10 ekor gajah di Lahat, termasuk Ardo (28) serta Nensi (42), yang tidak diungsikan ke Banyuasin.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel Genman Suhefti Hasibuan menambahkan saat ini populasi Gajah Sumatera jenis liar dan jinak di Sumsel sekitar 190 ekor, tersebar di lima kabupaten, yakni Ogan Komering Ilir, Banyuasin, Ogan Komering Ulu Selatan, Musi Banyuasin, dan Lahat.
"Yang terbanyak ada di OKI (Ogan Komering Ilir)," ujarnya.
BKSDA sudah berupaya melibatkan masyarakat kawasan konservasi lewat kegiatan kemitraan, sebagai langkah pendekatan komprehensif agar tidak ada lagi konflik serupa yang mengorbankan gajah.
Baca juga: Delapan gajah di hutan konservasi Lahat terpaksa dievakuasi
Baca juga: Delapan orang tewas akibat konflik gajah di Bener Meriah sejak 2011
Baca juga: Arara Abadi serahkan penyelidikan gajah mati ke BBKSDA Riau
Pewarta: Aziz Munajar
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019