"Tujuan utama dari kegiatan ini adalah menggalang dukungan publik, mengkampanyekan dan mempopulerkan gerakan penyelamatan hutan, penyelesaian konflik, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan," tutur Direktur Walhi Sulsel Muhammad Al Amin.
Sementara Ketua Panitia Sulsel Fest Forest 2019, Mira Janna mengatakan beberapa item dalam kegiatan diantaranya Seminar Nasional Lingkungan Hidup tentang Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Sebagai Upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim.
Baca juga: WALHI ke Malaysia dorong regulasi karhutla antar-negara
Baca juga: WALHI: Pemprov Lampung tidak serius cabut izin tambang pasir laut
Baca juga: WALHI minta pemerintah berupaya keras cegah pencemaran lingkungan
Selanjutnya, peluncuran hasil riset dan pemutaran video Dokumentasi Hutan Adat Kajang, lomba video pendek Potret Hutan Sulawesi Selatan, pameran produk hutan non kayu, dan live music, musikalisasi puisi, serta pertunjukan teater.
"Dengan terselenggaranya kegiatan ini, kami berharap semoga hutan di Sulawesi Selatan tidak mengalami kerusakan dan tetap lestari," kata Mira.
Sebagai pemuda, pihaknya berharap seluruh anak muda dapat berperan aktif dalam mengkampanyekan dan melindungi hutan yang ada di Sulsel.
"Kami pastikan peran dan eksistensi Green Youth Movement sebagai komunitas pengkampanye lingkungan akan terus berusaha dan tidak akan berhenti pada festival hutan ini saja, namun akan berlanjut dalam kampanye perlindungan lingkungan hidup di Sulsel," ujarnya.
Dalam seminar nasional tersebut hadir narasumber Bupati Luwu Utara (Lutra) Indah Putri, Kepala BPSK Sulawesi Muchlis, dan Eksekutif Nasional Walhi Khalisah Khalid dipandu moderator Asmar Exwar, mantan Direktur Walhi Sulsel.
Bupati Lutra Indah dalam pemaparannya menyebutkan hutan di Lutra seluas 530 ribu hektare. Hutan lindung seluas 362 ribu hektare dan sisanya kawasan hutan produksi. Meski demikian hanya 29 persen saja dikelola pemerintah.
"Kita berharap hutan tetap dijaga, konteksnya menghadirkan anak muda untuk peduli terhadap hutan. Hal ini tergantung kepada kebijakan pemerintah terkait regulasi yang mendorong masyarakat menjaga hutan," katanya.
Sedangkan pendapat lain disampaikan Eksekutif Nasional Walhi, Khalisah Khalid, bahwa sudah saatnya semuanya peduli akan lingkungan, salah satunya dengan mengurangi emisi gas buang dan penggunaan karbon.
"Dampak perubahan iklim semakin terasa, dan itu sangat rentan termasuk penyumbang emisi. Hutan adalah sektor paling besar penyumbang emisi saat terjadi kebakaran. Diperlukan solusi, selain menjawab ketimpangan agraria, dan reformasi agraria dalam menangani perubahan iklim," kata dia.*
Baca juga: WALHI: Penghapusan Amdal hilangkan bentuk kontrol masyarakat
Baca juga: Walhi sebut regulasi lingkungan bukan penghambat investasi
Baca juga: WALHI minta pemerintah kaji ulang wacana penghapusan IMB dan Amdal
Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019